Pagi-pagi Mama sudah antri di loket sekolah Kakak Naomi untuk bayar dan ambil buku. Tahun ini harga bukunya lebih mahal (ya pasti lah!) malah buku tulis bergambar para dewan guru yang dulu dijual Rp 3.000 per biji (padahal tipis banget), sekarang jadi Rp 4.000 dan harus beli satu paket yang isinya lima belas. Mau tidak mau katanya harus beli. Kalau tidak, setiap ada PR atau pelajaran, guru tidak akan kasih nilai karena tidak dikerjakan di buku tulis resmi yang dikeluarkan sekolah. (whoaaa!!Kayaknya jaman Mama di SD dulu nggak gini-gini banget!).
Buku pelajaran dengan metode Kurikulum Berbasis Kompetensi juga harus dibeli di sekolah (yang ini...maaf..lebih parah lagi karena sebagian besar cuma dibuat dari kertas koran. Mirip buku-buku stensilan yang biasanya tintanya akan lari kemana-mana kalau basah kena air!)
Yang bikin para orangtua agak pusing lagi, tahun ini seragam sekolah diganti padahal seperti Kakak, baju seragamnya masih lumayan bagus-bagus karena baru dipakai selama satu tahun.
Kalau dulu hari Rabu dan Kamis pakai seragam batik (katanya yang ini khas Indonesia), tahun ini diganti kotak-kotak, mirip baju khas orang Scotlandia(?). Dulu baju olahraga warna biru, sekarang diganti kuning. Dulu baju Melayu yang dipakai tiap hari Jumat berwarna hijau, sekarang diganti warna pink (Melo banget nggak sih?).
Mau nggak mau juga, harus beli! Masalahnya nggak ada orangtua yang kayaknya tega melihat anaknya sendirian mengenakan baju yang berbeda di banding teman-temannya! Nggak cuma bakal diolok-olok, parahnya ada juga guru yang tidak mau tahu dan menganggap anak tidak disiplin karena tidak mengenakan seragam sesuai dengan ketentuan. Apa mungkin tega melihat anak harus bersih-bersih toilet sepanjang tahun dengan alasan indisipliner?!?
Tapi sekolah Kakak belum seberapa. Di beberapa sekolah lain, saat musim penerimaan murid baru beberapa waktu lalu, malah ada sekolah yang "meminta" pada orangtua dan wali murid, barang-barang yang agak berlebihan sebagai syarat masuk sekolah. Keramik lantai, TV 21 inch, DVD player, kipas angin, dispenser, rice cooker dan sebagainya.
Syarat lain, barang-barang itu harus bermerek dengan range harga yang sudah ditentukan! Jika tidak bersedia, pihak sekolah hanya memberi pernyataan singkat: Silahkan pilih sekolah lain, kami tak memaksa anak Bapak/Ibu sekolah di tempat ini!
Ironisnya,Kepala Dinas(Kadis)Pendidikan Kota Batam seolah dibuat tidak berdaya. Ketika beberapa waktu lalu beliau mengeluarkan pernyataan bahwa akan menindak kepala sekolah yang tetap memungut sumbangan di luar ketentuan, beberapa kepsek membuat aksi perlawanan dengan beramai-ramai "nggruduk" ke kantor Pemko Batam selang sehari setelah pernyataan itu dimuat di beberapa media lokal Batam. Pak Kadis pun buru-buru meralat dan mengatakan tak pernah membuat pernyataan seperti itu!!
Wah..macem mane ni Pakcik? Sape pulak yang dah bilang nak menindak pare kepala sekolah tu kalau ade pungutan-pungutan liar di sekolah? Hantu ke?(*)
23 July 2007
Macem Mane ni Pakcik?
Posted by Rumah naomi&shaki at 1:34 AM
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment