25 September 2007

World's Mysteries Blog. Menarik...

Nggak sengaja waktu lagi mencari tulisan tentang kontroversi pendaratan manusia di bulan untuk pertama kalinya, menemukan blog yang satu ini. Isinya menarik sekali. Yang menulis alias blogger-nya, seorang anak muda yang tinggal di Yogyakarta.
Beda dengan blog lain yang biasanya lebih banyak berisi tentang curahan hati dan pengalaman pribadi (termasuk blog kami nih ...he...he..he), Dipta (sang pemilik blog) justru memposting blog-nya dengan tulisan-tulisan ilmiah tentang berbagai misteri tak terpecahkan di seluruh penjuru dunia. Termasuk juga tentang kisah-kisah yang sudah familiar seperti Segitiga Bermuda, Jack the Ripper, kisah kota-kota kuno dan artefak dunia yang hilang ribuan tahun lalu dan kemudian di temukan lagi, UFO, Black Hole, Dracula, Monster Loch Ness, Bigfoot, Zombie, bencana teraneh yang pernah terjadi di dunia, foto-foto langka dan sebagainya. Benar-benar menarik!

Lomba Desain Tshirt Qwords.com

22 September 2007

Rindu Teman-teman Lama






Ketika sedang membolak-balik album foto di rumah beberapa waktu lalu, secara tak sengaja Ayah menemukan foto-foto lamanya ketika sedang berada di Jepang dan Cina. Ayah memang beberapa kali ditugaskan kesana, hampir tiap tahun malah. Di dua negara itu, Ayah berkesempatan berkenalan dengan teman-teman baru sesama satu perusahaan yang berpusat di Jepang.
Tanpa diminta, Ayah lantas bercerita tentang pengalaman-pengalaman lucu yang kadang lupa diceritakannya saat berada di dua negara tersebut.
"Yang ini nih, Mr X (sebut saja begitu), tiap malam kerjaannya minum arak sampai mabuk. Kalau sudah mabuk, ngomongnya ngelantur kemana-mana,"kata Ayah sambil menunjuk foto seorang teman yang sedang tertawa lepas.
"Kalau yang cewek ini si M, kayaknya sih dia naksir ayah. Perhatian banget sih, tapi terus ada yang ngasih tahu dia kalau Ayah adalah married man. Jadinya...kayak patah hati gitu,"kata Ayah kege-er-an sambil senyam senyum. (Walah...Baru diperhatikan gitu aja kok kegeeran sih? Jangan-jangan karena si Miss M itu kasihan lihat Ayah bengong sendirian nggak ada teman di Cina!)
"Wah...jadi kangen nih kesana lagi? Masih pada kerja di Shimano nggak ya mereka,"kata Ayah setelah foto-foto itu disimpan kembali.
Sepertinya Ayah rindu bertemu dengan teman-temannya dan suasana musim dingin disana. Atau karena mungkin rindu merasakan hidup sendiri tanpa ada gangguan dari Mama, kak Naomi dan adik Shaki ya? Semoga yang ini tidak. Apalagi kata Ayah, waktu terakhir ke Jepang awal tahun lalu, Ayah merasa nggak betah dan pingin cepat pulang meski baru sepuluh hari disana. Katanya sih rindu sama kak Naomi dan Mama yang ketika itu sedang hamil tua. Ciee...yang bener, Yah?(*)

18 September 2007

Mirip cowok






Layaknya anak kecil yang lagi lucu-lucunya, banyak tingkah adik Shaki yang selalu membuat kami gemas. Mulai dari kebiasaannya yang suka berteriak-teriak semi memekik, melototi televisi kalau sedang tayang iklan, kesenangannya berjoget tiap mendengar ada bunyi musik dan tentu saja gayanya yang selalu pethakilan mirip anak cowok.(Mungkin karena dari awal hamil dulu, kami menginginkan anak laki-laki ya).
Meski kalau dipikir-pikir kebiasannya yang selalu memekik-mekik bikin ribut, tapi kami justru menikmati semua kelucuan-kelucuan yang dilakukan adik.
"Mumpung masih imut, biar aja seperti itu. Nanti kalau sudah gedhe kan nggak lucu lagi,"kata orang-orang di sekitar rumah yang sering gemas juga melihat adik Shaki.
Kalau ingin lihat kayak apa sih tingkah polah adik yang kata kakak suka pethakilan, lihat aja tuh foto-fotonya. Sebagian yang motret kakak Naomi lho...(*)

Kakak Belajar Puasa ...


Sejak tahun lalu, sebenarnya Kakak sudah mulai berpuasa meski cuma puasa beduk alias setengah hari. Tapi karena tahun ini dia sudah berusia delapan tahun, kami wajib memintanya berpuasa penuh hingga Maghrib. Dan ternyata itu tidak mudah. Hari pertama, dia sudah menunjukkan gelagat "mencurigakan". Sejak pukul 12 siang, Kakak sudah mulai mengeluhkan tenggorokannya yang sakit dan rasa haus yang tidak bisa ditahan. Tapi Mama tidak bergeming karena Kakak memang tetap harus puasa. Tapi jam 15.30, tepatnya setelah sholat Ashar, Kakak mulai menangis (dan ini memang senjata dia karena dia tahu Mama pasti tidak tega). Sambil sedikit mengaduh, katanya dia tak tahan lagi. Mama berusaha tidak mendengar keluhannya dan tetap memintanya bersabar karena tinggal beberapa jam lagi beduk Maghrib. Tapi Kakak terus mengaduh. Semakin lama semakin menjadi. Karena kasihan plus tidak tega melihatnya menangis, dengan terpaksa Mama mengizinkan kakak berbuka tepat pukul 16.00. Tentu saja Ayah agak marah waktu Mama ceritakan hal itu.
"Lebih baik kita melihat dia menangis di dunia daripada nanti di akhirat kita menyesal. melatih anak puasa memang harus tega, nggak bisa tidak. Kalau kita bilang tidak tega terus, sampai kapan dia belajar puasa. Naomi sudah delapan tahun sekarang,"kata Ayah.
Malamnya ketika sahur, Ayah melakukan pendekatan dengan kakak termasuk menceritakan kenapa seorang muslim harus berpuasa. Entah apa karena cerita Ayah atau karena hal lain, esok harinya hingga sekarang, Naomi berpuasa penuh. Meski sekali-kali ada keluhan di siang hari, tapi Alhamdulillah dia tak merengek dan menangis lagi seperti ketika hari pertama berpuasa kemarin.

12 September 2007

Delapan tahun lalu...


(harusnya tulisan ini diposting tanggal 8 September kemarin...)

Purwokerto, 8/9/1999
Jarum jam telah bergeser dari angka 12 tengah malam. Semua yang menemani Mama di klinik bersalin Arif telah terlelap. Hanya ibu mertua yang sesekali terjaga dan terlihat khawatir.
"Durung krasa juga ya,Pen? Padahal wis bukaan pitu ya. Biasane wis krasa mules."(Belum terasa juga ya Pen? Padahal sudah pembukaan tujuh ya, seharusnya sudah terasa mules?)
Mama cuma menggeleng ketika ibu terus menanyakan keadaan perut Mama yang tak kunjung menunjukkan reaksi sakit.
Ayah yang ada di Batam, sejak pagi juga terus menelpon dan menanyakan keadaan Mama. (Ayah memang tidak bisa pulang kala itu karena harus mempersiapkan segala sesuatu menjelang keberangkatan ke Jepang. Dan keputusan kami untuk melahirkan di Purwokerto dianggap tepat agar Mama banyak yang menjaga dan merawat usai melahirkan nanti.)
Tak lama kemudian, bu Arif, bidan senior di Purwokerto yang menjadi pemilik klinik bersalin ini masuk ke ruangan.
"Ayo mbak saya periksa lagi ya, siapa tahu pembukaannya sudah cukup untuk melahirkan,''kata bu Arif dengan halus dan menyejukkan. Mungkin inilah yang menjadi alasan seluruh keluarga besar di Purwokerto selalu memilih klinik ini sebagai tempat melahirkan.
"Wah...ini sudah pembukaan delapan. Sudah ya nggak usah jalan-jalan lagi, sebentar lagi bayinya keluar nih. Istirahat saja biar energinya disimpan untuk mengejan. Nanti kalau rasa sakitnya mulai terasa sering, panggil saya saja ya,"ujar bu Arif. Lagi-lagi dengan nada yang membuat Mama merasa tenang.
Benar saja, tidak lama setelah bu Arif keluar, Mama mulai merasakan sakit di perut bagian bawah. Lama-lama rasa sakit itu kian menjadi. Bercampur dengan rasa nyeri, mulas dan pedih. Ya Allha...tidak terkatakan betapa sakitnya ketika itu.
Ibu yang sejak tadi terlihat khawatir, semakin cemas melihat keadaan Mama.
"Nek arep nangis, nangis bae ya. Aja ditahan. Maca apa bae, istighfar, syahadat. Astaghfirullah hal 'adziiim...laa ilaha ilallah...,"(Kalau mau menangis, menangis saja ya. Jangan ditahan. Baca apa saja yang bisa istighfar, syahadat. Astaghfirullah hal 'adziiim...laa ilaha ilallah...,"kata Ibu yang terus terlihat cemas.
Bulik Bekti (keponakan sekaligus ipar Ibu) yang menemani sejak sore juga ikut terjaga.
Mama terus merasa sakit luar biasa selama hampir tiga jam. Sesekali ibu membaca ayat-ayat suci sambil mengelus-elus bagian punggung dan pinggang Mama dibantu Bulik Bekti.
"Bu Arif diundang bae ya. Katone wis lara banget kiye"(Bu Arif dipanggil saja ya, kayaknya sudah sakit sekali itu),"kata bulik Bekti.
Ibu hanya mengangguk sambil tetap mengusap-usap punggung Mama yang terus mengaduh kesakitan. Rupanya bu Arif sudah memperkirakan waktu kelahiran Mama. Sekitar pukul 05.00 WIB atau usai sholat Subuh, bu Arif mulai memberi aba-aba agar Mama mengejan sekuat tenaga.
"Nanti kalau saya bilang berhenti, mbak Peni jangan mengejan ya. Kalau saya bilang ayo, mengejan sekuat tenaga ya biar bayinya cepat keluar,"katanya lembut.
Mama hanya bisa mengangguk. Dan begitulah selama hampir duapuluh menit mengikuti arahan bu Arif sambil merasakan sakit yang teramat sangat, Mama melahirkan seorang anak perempuan dengan panjang 50 cm dan berat 3.1 kg. Alhamdulillah...
Kami memberinya nama Naomi Shofura Batuaji. Naomi yang diambil dari bahasa Jepang berarti cantik atau indah, Shofura adalah nama istri Nabi Musa AS yang dikenal dengan kesabaran dan kesholehannya. Sedangkan Batuaji, adalah nama sebuah kawasan di Batam, tempat kami menetap saat pertama kali tiba di pulau ini beberapa tahun lalu.
Kini Naomi, anak sulung kami, telah berumur delapan tahun. Selamat ulang tahun sayang. Cepat besar ya...nak. Tumbuhlah menjadi orang baik yang berguna bagi sesama dan agamamu. Besarlah menjadi orang yang tangguh menghadapi cobaan yang pasti akan datang menderamu. Jangan lupa doakan selalu orangtuamu agar selalu bahagia di dunia dan akhirat. Kami akan selalu menyayangi dan menjagamu...!(*)

08 September 2007

HP Ayah Hilang...!

Bukan bermaksud membuka aib, tapi kalau boleh jujur, salah satu kelemahan ayah yang kadang merugikan dirinya sendiri adalah teledor. Cuai kalau kata orang Melayu. Apalagi dengan benda-benda kecil seperti kunci kontak, name tag, pena, jam tangan, kacamata, flashdisc dan sebagainya. Benda yang terakhir disebut ini malah sempat dinyatakan hilang dan kemudian ditemukan di saku celana seragam ayah yang sudah dicuci di mesin dan disetrika!(Jelas rusak to ya...lha diubek-ubek dan diputer-puter ndak karuan gitu!). Dan itu tidak terjadi satu dua kali saja. Hampir tiap hari. But it's just a beginning karena beberapa hari lalu, ayah baru saja kehilangan barang kesukaannya: handphone!(Maklum didalamnya ada games favorit Ayah plus score tertinggi yang katanya pernah dicapai).
Entah bagaimana ceritanya benda yang selama ini jadi "urat nadi" kehidupan ayah itu bisa hilang. Raib. Lenyap. Ayahpun tampaknya tak ingin membahas terlalu dalam ketika Mama menanyakan mengapa HP itu bisa hilang.
"Bikin sedih,''kata ayah beralasan. Tapi masalah tidak berhenti di situ karena ayah harus mulai mengumpulkan nomor kontak semua teman, kenalan dan relasinya satu persatu. Ayah jelas tidak pernah mencatat nomor itu di agenda miliknya, apalagi menghapal di luar kepala. Tapi dibandingkan sekadar mengumpulkan nomor tersebut, hal lain yang sebenarnya membuat ayah "pusing" adalah mengurus lagi aktivasi nomor yang sudah dinyatakan hilang itu di Graha Telkomsel.
"Males...pasti antri dan repot,"ujar Ayah.
Tapi bagaimana lagi, ayah toh tetap harus mengurusnya agar nomor lama ayah bisa digunakan lagi. Dan ternyata dugaan ayah bahwa hal kecil itu akan merepotkan menjadi kenyataan. Ingin tahu kejadian seperti apa yang dialami ayah, berikut cuplikannya:

Ayah: Siang mbak...saya mau mengurus aktivasi kartu Halo saya yang hilang..bla..bla..bla..
Customer Service Telkomsel (CST): Baik pak, silahkan isi formulir berikut ini (sambil menyerahkan dua berkas formulir berisi data isian pribadi)
Ayah: (sudah males duluan melihat formulir. Tapi tetap diisi dan ...selesai!) Ini mbak..
CST: Ada foto kopi KTP pak?
Ayah: (membuka dompet dan menyerahkan fotokopi KTP yang sudah disiapkan)
CST : Rekening listrik dan air bulan terakhir pak?
Ayah: Lho..pakai syarat itu juga to? Kok saya nggak dikasih tau waktu telpon ke call centre semalam?
CST: Iya pak, prosedurnya memang demikian.
Ayah: Ok deh... menyusul bisa kan? Biar istri saya yang mengantar kesini nanti siang
CST: Nggak bisa pak, harus bapak sendiri. Tidak bisa diwakilkan
Ayah: (mulai dongkol dan banyak beristighfar dalam hati) Kan cuma mengantar rekening aja mbak masak nggak bisa sih?
CST: Iya pak karena nomor ini atas nama bapak
Ayah: Ok deh kalau memang berbelit-belit seperti itu, saya close aja lah nomor saya. Biar saya pindah ke operator lain saja.
CST:(buru-buru memberi klarifikasi) Bukan begitu pak, kami tidak bermaksud berbelit-belit tapi memang prosedurnya seperti itu. Tapi baiklah pak, rekeningnya bisa diantar istri bapak nggak apa-apa.
Ayah (mulai slow lagi) Nah gitu kan enak mbak, saya udah delapan tahun lho jadi pelanggan telkomsel, masak masalah kayak gitu aja dipersulit. Jadi... besok sudah bisa aktif lagi ya nomor saya?
CST: O..belum pak masih harus nunggu empat sampai satu minggu lagi!
Ayah: Seminggu lagi...? Lama sekali?
CST: Iya pak karena kami harus survey tempat tinggal bapak dulu.
Ayah:Loh kan dulu sudah! Disurvey lagi? Kan nggak pindah-pindah rumah saya?
CSt: Maaf pak, memang prosedurnya seperti itu.
Ayah( Rrrgggrh... @8//Aq0=*??x!!)=&6)T
***

Oalah prosedur...prosedur! Makhluk kayak apa sih kamu sampai bikin ayah dongkol kayak gitu? Andai saja bisa mengikuti gaya Gus Dur: Gitu aja kok repot, kan nggak perlu mumet-mumet to. Semua cepet beres...!

05 September 2007

Berita dari Langit itu Sungguh Tragis...


Berita dari langit atau berita yang "tiba-tiba" datang, biasanya kami sikapi dengan biasa saja. Tapi tidak kemarin malam! Seorang ibu membunuh dua putri kandungnya dan dia sendiri nekat gantung diri tapi berhasil di selamatkan! Dan itu terjadi di Batam!!! Berita tentang ibu yang membunuh anak kandungnya dan kemudian bunuh diri, memang bukan kali pertama ini menjadi berita utama di surat kabar tempat Mama bekerja. Tapi kali ini...peristiwa memilukan itu terjadi di kota ini! Ya Allah...
ES, sang ibu yang diduga mengalami depresi berat, nekat mencekik Vetty (13 tahun) putri sulungnya dan Nadine (1 tahun) si kecil yang sedang lucu-lucunya. Jangan heran jika para tetangganya yang tinggal di perumahan Nagajaya Batuaji Batam terisak dan ikut menangis ketika melihat jasad kecil bocah itu di bawa ke rumah sakit.
Sungguh...meski bagi kami "berita dari langit" terkadang membuat pekerjaan lebih mudah, tapi tidak kali ini. Ada kesedihan dan perasaan perih tersayat melihat dua bocah yang seharusnya menikmati masa kecilnya dengan bahagia, harus terenggut oleh ibu yang dulu melahirkan mereka ke dunia.
Tapi itulah yang terjadi! Tak pernah ada yang tahu apa yang sebenarnya ada di benak sang ibu hingga dia tega menghilangkan dua buah hatinya dengan tangannya sendiri. Termasuk sang ayah, FR, yang kini harus menjalani hidupnya dengan lebih berat.(*)