27 June 2007

Edisi Minggu yang Bikin Jantungan...


Edisi Minggu kemarin, sepertinya jadi salah satu edisi yang bikin jantungan. Gimana nggak? Hari Jumat, mestinya semua naskah dan foto sudah siap (ya kalau nggak minimal 90% sudah siap diedit semua). Suddenly...datang kabar yang membuat darah mulai naik ke ubun-ubun.
"Mbak tulisan untuk rubrik cookingnya ngga bisa. Katanya si tukang masaknya lagi balik kampung jadi mereka nggak bisa nyiapin foto dan resep makannya,''kata Dedi, salah seorang wartawan yang sebelumnya udah menyanggupi mau menulis berita di rubrik cooking.
Ya ampun....Ded, kok baru ngomong udah dekat-dekat deadline begini? Rubrik berisi masakan itu khan nggak bisa mendadak seenak udelnya karena harus buat janji dengan narasumber untuk menyiapkan aneka masakan plus resep yang mau ditulis?
Aduuuh...jantungan nggak sih kalau seperti ini caranya? Padahal di rubrik ini paling nggak harus siap lima atau enam masakan plus foto dan resep. Dan biasanya nggak ada yang mau mendadak diwawancara! Ya Allah...tolong deh!
Tapi thanks to Allah SWT, ada teman Eko, anak layout yang ternyata mau sharing dengan resep dan foto-fotonya. Namanya Mas Budi Sutomo. Beliau seorang ahli boga, sudah menghasilkan puluhan buku tentang resep, sudah pernah jadi redaktur boga di Majalah Kartini dan ini yang paling penting...punya situs tentang masakan lengkap plus foto.
Alhamdulillah...meski hati kecil agak merasa "berdosa" karena nggak menyuguhkan berita lokal, tapi...thanks ya Mas Budi. Sudah "menolong" setidaknya bikin jantung nggak jantungan lagi karena kebiasaan sebagian wartawan yang senang bekerja mendekati deadline.(*)

17 June 2007

Ketemu Sahabat Lama...


Besok Mama janjian ketemu Tante Nuning, best best best friend waktu kuliah di Komunikasi dulu. Terakhir jumpa tahun 98 waktu Mama nikah, berarti sudah 9 tahun nggak ketemuan lagi selain lewat chatting, SMS-an dan kirim-kirim email. Rombongan Tante Nuning dan teman-temannya di Indosat mau jalan-jalan ke Singapura melihat event tahunan CommunicAsia 2007 di Singapore Expo dan kebetulan transit ke Batam dulu. (Hmm...Mama dapat tugas lagi nggak ya meliput kesana? Tahun lalu kan nggak sempat karena cuti melahirkan. Lihat nanti deh...)
Kayak apa ya Tante Nuning sekarang? Pasti tambah cantik dan tetap ceria seperti terakhir kali Mama jumpa dia. Meski mungkin cuma ketemuan sebentar aja, bakalan membuka memori lama waktu masih jaman-jaman di Yogya dulu. Tante Nuning masih ingat nggak ya waktu Komako ada acara di Parangritis terus rombongannya nggak sampai-sampai di lokasi acara. Rupanya mereka kesasar, mestinya belok kanan ini malah belok kiri,panitianya udah panik. Lha gimana kalo benar-benar raib? Ini mungkin gara-gara nggak minta izin dulu sama "penunggu"nya di laut kidul! (ha...ha...ha).
Atau waktu sama-sama daftar jadi wartawan-wartawanan di majalah Balairung. Semua sempat kena semprot mas Bimo sama mas Isra. Dua "bos" ini memang pantes marah, lha piye koran dokumentasi punya Badan Penerbitan Pers Mahasiswa di potong-potong sama anak-anak pas dapat tugas bikin koran simulasi! Piye to dAb. Yo jelas disemprot bikinnya aja sampai "berdarah-darah" je!
Atau waktu ada tugas outdoor dari matakuliah Fotografinya mas Roy Suryo, bukannya sibuk cari obyek yang bisa difoto, ini malah asyik ngomongin kakak-kakak kelas yang lagi pada ditaksir. Ha...ha...ha. (Kok iso yo dulu naksir mereka? Kayak nggak ada yang lain aja)
Pasti ingat juga waktu Tante Nuning main ke kost Mama di jln. Kaliurang sambil bawa semangka gedhe dan langsung diserbu anak-anak lain (Emy, Bekti dan Efi). Saking asyiknya ngobrol sampai sore, baru ingat kalau harus pulang ke Taman Siswo.
Tapi yang fenomenal sih pas diajak nggabung di P3K karena jadi kenal sama si...ehm yang belakangan jadi gosip nggak resmi di Komunikasi 91! Aduh...jadi nggak enak sama pacarnya! (Btw...dimana ya "beliau" sekarang? Hi..hi..hi)
Wah jadi nggak sabar nih nunggu pagi. Ketemu Tante Nuning, saling pelukan dan biasanya sih...nangis bareng-bareng karena nggak tahu kapan bisa ketemu lagi!(*)

12 June 2007

Si Monokuro Boo...


Ini dia "tokoh" kartun baru yang lagi digandrungi anak-anak dan remaja di Batam. Namanya Monokuro Boo. Hampir semua mainan dan aksesori seperti boneka, tas, dompet, sandal jepit, gantungan handphone, mug, sampul buku, giwang bahkan sampai penghapus yang ukurannya seujung jempol, di dominasi gambar tokoh hitam putih ini.
Kakak sebenarnya termasuk yang ingin punya aksesori si Monokuro Boo karena semua teman-temannya mulai menyukai kartun yang satu ini. Tapi jauh hari Ayah sudah menyatakan tak setuju. Bisa ditebak pasti karena bentuknya...babi!
"Apa nggak ada binatang lain yang lebih lucu,"cetus Ayah beberapa waktu lalu. Ayah memang agak selektif, terutama untuk mainan dan peralatan sekolah Kakak. Sebisa mungkin tidak memilih karakter binatang atau tokoh yang dilarang dalam ajaran agama yang kami anut. Benar juga sih. Meski terkesan sepele, mainan justru menjadi salah satu benda yang mampu mempengaruhi perkembangan jiwa anak. Malah tak sedikit yang kemudian menjadikan mainannya itu sebagai tokoh idolanya. Jangan heran kalau nanti kita tanya apa cita-cita mereka, jawaban yang keluar dari mulut kecil itu membuat kita tergagap karena mereka ingin menjadi tokoh imajinatif seperti Power Rangers, Spiderman, Barbie, Little Mermaid atau bahkan karakter tokoh jahat lain seperti di film-film kartun yang kian banyak jenisnya.
Benar kata Ayah, kalau bukan dari hal sepele, darimana lagi kita akan memulai memberi pelajaran berharga tentang makna hidup ini kepada mereka? Mumpung mereka masih relatif bersih seperti kertas putih, orangtualah yang saat ini menjadi penentu akan menjadi seperti apa anak-anak yang menjadi penerus kita kelak.(*)

Thanks to Mr Tarutani!


Sejak diruh-ruhi Mr Tarutani (yang katanya orang paling ganteng dan smart di Shimano Jepang) bahwa Ayah sudah terlalu gemuk, kesadaran Ayah untuk kembali berolahraga muncul lagi. Dari mulai jogging, ikut fitnes sampai ikut klub sepeda gunung, semua dilakukan Ayah demi menurunkan berat badan 20 kg lagi dari berat badannya yang sekarang. Dengan tinggi badan 179 cm dan berat 88 kg, Ayah boleh dibilang terlalu gemuk dan jauh dari tubuh yang ideal. Mungkin karena itu juga sejak beberapa tahun belakangan ini mulai muncul berbagai keluhan di beberapa bagian tubuh Ayah. Pegal-pegal lah, sakit disana sini, cepat capek, gampang sariawan, dan penyakit "tua" lainnya, Untungnya ya itu, ketemu Mr Tarutani dan beliaunya terkejut melihat Ayah yang kian melar dimana-mana.
OK saja sih! Sejak ikut fitnes sebulan ini, Ayah memang jarang mengeluh lagi. Cuma ya itu, ada anggaran khusus yang mau tak mau harus disisihkan untuk mendukung usaha Ayah ini. Terlebih sejak ikut fitnes, pola dan jenis makanan yang dikonsumsi Ayah juga nggak bisa sembarangan lagi seperti dulu (Termasuk susu khusus seperti yang banyak di iklan-iklan TV itu). Kata Ayah sih biar bagian dadanya bisa membentuk six packs gitu seperti punyanya Primus dan Adrian Maulana.
"Nanti kalau di Batam ada kontes L-men, Ayah kan bisa ikutan tuh,"kata Ayah saat lagi sit up di rumah beberapa waktu lalu. Lho...kok jadi menyimpang begitu dari tujuan semula yang cuma untuk menurunkan badan? Oalah...Ayah...Ayah...apa kata pak Haji Munir nanti?(*)

06 June 2007

Kangen pulang ke Wonosobo...


Sebelum rapat sore, iseng-iseng buka tabloid BOLA. Nggak sengaja baca berita tentang tim basket nasional yang ternyata salah satu anggotanya adalah putera Wonosobo asli. Namanya Amin Prihantono, alumni SMPN 2 Wonosobo kelahiran tahun 1982.(Berarti seangkatan sama om Topan, adik bungsunya Mama). Tak cuma berprestasi, Amin juga sukses jadi pebisnis kecil-kecilan dan di berita ditulis dia baru saja grand opening toko sepatu olahraga di Wonosobo.(Nggak tau tuh tiap baca berita yang berhubungan dengan kota kelahiran Mama itu, sense of Wonosobo-nya langsung muncul). Jadi ingat dulu kalau beli sepatu olahraga selalu ke toko Surahono dan pasti nggak pernah ditawar, langsung dibeli karena mungkin nggak enak masih saudara meski jauh. (Itulah orang Jawa...suka nggak kepenakan alias rikuh!)
Ingat juga kalau sudah hampir lima tahun nggak pulang ke Wonosobo.Tiap pulang ke Jawa, cuma sempat singgah ke rumah Bapak di Banjarnegara dan rumah mertua di Purwokerto.
Jadi kangen nih pulang ke Wonosobo. Sekalin nyekar ke makam Ibu, Mbah Kakung, paklik Slamet dan Bulik Anik. Kangen juga naik dokar ke Prajuritan rumah Mbah Abu, makan mie ongklok gerobaknya Kang Pardi, geblek di dekat terminal pasar dan balungannya Mak Yik yang tiada duanya. Wah... kapan ya punya agenda khusus liburan ke Wonosobo dan kalau bisa sekalian mampir ke Dieng Plateau. Idep-idep nostalgia bulan madu bareng Ayah di sana. Dingin lho...Uhui...(*)

03 June 2007

Aerobic Semakin Merakyat (katanya!)


Libur kemarin Mama nggak bisa santai seperti biasa karena harus jadi juri lomba senam aerobic di Star Trade Centre (STC). Pagi jam delapan harus siap-siap berangkat karena letak STC dari Taman Mediterania lumayan jauh. Ayah nggak bisa mengantar karena lagi offroad bareng teman-teman kantornya. Malah pagi-pagi sudah berangkat duluan sebelum adik dan kakak sempat bangun. Daripada nanti Mama bengong, akhirnya Mama ajak Kakak sekalian jalan-jalan ke STC.
Sekitar pukul sembilan sudah sampai di mall yang terletak persis di persimpangan Sei Harapan arah Sekupang. Rupanya sudah mulai banyak peserta yang datang dan rata-rata terlihat percaya diri dengan kostum berwarna-warni. Dari cerita bu Yanti, salah satu tim juri juga yang punya sanggar senam di beberapa lokasi di Batam, sejak beberapa tahun belakangan ini kostum memang dimasukkan dalam point penilaian selain point-point seperti power, teknik, smile dan keserasian.
"Kalau dulu pakaian aerobic identik dengan pakaian senam yang ketat dan agak terbuka dengan warna cenderung gelap, sekarang kostum aerobic sudah bervariasi. Termasuk dalam hal model dan warna, makanya ibu-ibu yang memakai jilbab juga sudah banyak yang mau ikut kompetisi seperti ini karena kostum yang dipakai lebih fleksibel,''kata bu Yanti yang masih terlihat cantik dan bugar meski sudah mulai berumur.
Tak hanya kostum, jenis-jenis aerobic juga ternyata cukup banyak dan bervariatif lho. Ada fun aerobic, bic dance, bic dut, BL aerobic dan sebagainya.(Asli...yang ini Mama baru tahu!) Ternyata tak cuma sebatas aerobic low impact biasa! Ini karena peminat aerobic semakin banyak dan tidak cuma dari kalangan the have saja seperti zaman dulu. Malah hampir di semua perumahan, warganya mengadakan senam ini secara rutin di lapangan-lapangan dan mengundang seorang instruktur senam profesional untuk mengajari mereka. Semua boleh ikut dan cukup bayar iuran yang cukup murah dengan kostum yang nggak harus terbuka seperti di sanggar-sanggar senam. Yang penting mau gerak dan punya keinginan kuat untuk berolahraga. Wah...lama-lama aerobic bisa saingan tuh dengan sepak bola sebagai olahraga rakyat!(*)

02 June 2007

Pak Mac...makasih pizza-nya!


Kamis malam pekan lalu, suasana kantor yang semula sedikit sepi tiba-tiba berubah "rusuh" ketika sekonyong-konyong seorang teman berteriak lantang: serbuuuu!!!
Tak jauh dari pintu masuk lantai dua, seorang pengantar pizza berdiri tercengang melihat puluhan orang, tanpa pandang bulu baik itu muda atau tua, laki-laki atau perempuan, gemuk atau kurus (lho!) langsung berebutan menghampirinya.
(Maklum...sudah tradisi! Setiap mendengar kata serbu, siapapun memang secara otomatis menoleh ke dekat pintu masuk karena di sana biasanya berdiri seseorang dengan membawa makanan yang akan ludes dalam waktu singkat. Dan setelah itu hanya kami yang tahu betapa gaduhnya suasana di lantai dua.)
Rupanya kali ini pak Mac, redaktur Tribun Jabar yang ditugaskan ke Batam selama dua bulan yang mentraktir pizza. Besoknya, pak Mac memang harus kembali ke Bandung dan seperti tradisi sebelumnya, siapa yang pergi selalu memberi kenang-kenangan berupa serbuan yang selalu membuat heboh.
Meski sedih karena harus berpisah, kami semua selalu berusaha tidak memperlihatkan kesedihan. Makanya meski harus mengucapkan kata-kata terakhir, tetap saja semua menyampaikan dengan gaya cengengesan dan sak enake dhewe. Malah ketika redpel kami, pak Opung Richard, meminta anak-anak menyampaikan satu dua patah kata terakhir pada pak Mac, secara serempak mereka malah mengatakan: "Pak Mac...makasih ya pizza-nya!"
Walah...piye to. Kayak anak TK aja? By the way...met jalan pak Mac, semoga tambah sukses di Bandung dan sampai jumpa lagi di tribun-tribun yang lain.(*)