26 December 2007

Tribun Family Day











Ini foto-foto saat Tribun Family Day 24 Desember 2007 di Batam View Hotel Nongsa. Meski lokasi, gaya permainan dan menu makanan yang disajikan masih sama seperti tahun-tahun sebelumnya (secara tempatnya memang nggak pindah-pindah he..he..he), ramai juga sih.
Sayang Ayah nggak bisa ikut karena harus kerja dan Mama terpaksa mengurus Kakak Naomi (yang keasyikan di laut sampai ketinggalan waktu makan di Kelong Resto Seafood dan nggak sempat difoto) dan adik Shaki yang juga nggak mau diangkat ke daratan. Capek deh!(Sepertinya tahun depan Ayah harus ambil cuti nih biar repotnya ada teman!)
Pas pembagian door prize, inginnya dapat oven atau gitar Yamaha untuk Ayah eh...dapatnya kamera film merek Fuji. Langsung deh dapat komentar seragam teman-teman sekantor: "Jaman udah canggih gini mbak, masih pakai kamera film? Please deh!" Ha...ha...ha pada sirik kali ya karena nggak dapat hadiah juga mereka. Tapi kalau dipikir-pikir, tiap tahun Mama kok selalu dapat hadiah yang useless gitu ya dari kantor(ups sorry!) Tahun lalu dapat lampu hias, tapi bentuknya itu lho. Nggak matching banget di pasang di tembok. Tahun sebelumnya juga cuma dapat bantal kecil bertuliskan sebuah nama operator selular yang kini cuma ngendon di kamar kakak. Secara warnanya kuning gitu lho!
Tapi mungkin disyukuri saja deh. Siapa tahu tahun depan bisa dapat hadiah-hadiah lain yang lebih berguna. Amien!

22 December 2007

Bike to Work...Really!



Akhirnya ayah benar-benar menepati janjinya untuk pergi bekerja dengan sepeda. Meski baru seminggu sekali (tiap hari Sabtu), setidaknya ayah ingin membuktikan bahwa ia tak cuma punya keinginan saja.
Selain hari Sabtu, tiap Minggu bersama dengan member dari Batam Mountain Bike Club dan Bikers dari PT AIT di Mukakuning, mereka selalu bersepeda hingga menempuh jarak puluhan kilometer. Kadang berangkat setelah sholat Subuh dan baru pulang setelah Dzuhur.
Jangan bayangkan seperti apa sepeda dan baju ayah tiap tiba dari bersepeda. Elis (yang bantu di rumah) saja perlu merendam hingga tiga hari biar lumpur dan aneka kotoran yang menempel bisa hilang.
Terakhir ini, para gowes (begitu mereka mengistilahkan kelompok mereka), siap-siap menyambut old and new year dengan bersepeda hingga ujung Jembatan Barelang yang jaraknya hmmm...jangan dibayangkan. Sedang dengan mobil saja (kecepatan agak ngebut), orang butuh satu jam lebih untuk sampai di lokasi tersebut.
"Daripada bikin acara mubazir, ini kan hemat dan sehat. Bisa ngilangin stress lagi,"alasan Ayah sewaktu meminta izin.
So far Mama sih oke-oke saja. Secara bersepeda memang makin membuat Ayah nggak banyak keluhan di badannya. Berat badan juga turun. Kalau dulu sudah mau mencapai 90 kg, sekarang hampir mendekati 80 kg.
"Kan nggak perlu fitness lagi untuk sementara waktu. Olahraga yang gratis aja dulu, tapi enjoy. Pokoknya prinsip hemat dan sehat,"kata Ayah lagi.
Ya deh...sok atuh...monggo saja!

12 November 2007

Belajar jadi pedagang




Setahun belakangan ini ayah lagi semangat banget belajar berjualan alias bisnis kecil-kecilan. Sepertinya sih setelah ikut seminar entrepreneurship-nya Purdi E Chandra yang punya Primagama. Sampai-sampai ayah geregetan banget ingin cepat-cepat punya bisnis sendiri yang bisa menghasilkan. Cuma sampai sekarang masih juga belum ketemu bisnis apa yang benar-benar cocok. Sudah coba-coba sih melirik sana-sini, tapi belum 100 persen berani menentukan.
Sejauh ini baru mencoba menjadi "distributor" untuk beberapa barang seperti boneka muslim Arrosa (ada tuh fotonya), bed cover (ada juga kan fotonya), jaket kulit, sandal super awet yang dibuat dari bekas ban mobil (yang ini asli handmade dari kampung halaman ayah di daerah Banyumas), jaket kulit dari Bandung, tas anyaman, kalung manik dari Bali dan beberapa jenis barang lainnya.
Ayah juga mulai coba-coba promosi barang-barang itu di blog miliknya (cuma sih sampai sekarang masih di under construction, biar mantap dulu katanya).
Mungkin karena ayah merasa, suatu saat nanti harus menjadi orang yang mandiri dan nggak selamanya menjadi "buruh" yang kadang nggak bisa menentukan sikap sendiri karena harus patuh pada aturan perusahaan.(*)

08 November 2007

Ternyata dia tak berumur panjang...


Namanya Omi Intan Naomi. Kakak kelas saya waktu kuliah di jurusan Komunikasi FISIPOL UGM. Dia angkatan tahun 1989 sedangkan saya dua tahun di bawahnya. Secara pribadi saya tidak mengenal Omi. Tapi bagi anak-anak Komunikasi, sosok Omi yang tak lain adalah putri penyair Darmanto Jatman, adalah sosok yang cerdas dan nyentrik. Boleh dibilang dia menjadi sosok yang cukup familiar dengan gayanya yang sedikit tomboy dan suka asal nyemplong.
Tulisan-tulisannya di beberapa surat kabar dan buku-buku tentang sastra yang pernah ditulisnya, membuat mbak Omi menjadi makin familiar di jurusan kami.
Namun sejak saya tidak tinggal di Yogya lagi, saya tak pernah tahu dimana dan menjadi apa mbak Omi ini. Hingga kemarin, secara tak sengaja saat sedang searching di internet, saya membaca kabar bahwa beliau telah meninggal dunia karena sakit sejak satu tahun lalu. Tepatnya pada 5 Nopember 2006 di RS Bethesda. Sudah lama ternyata dan saya baru tahu. Entahlah meski tidak mengenal, saya merasa kehilangan...Selamat Jalan, mbak. Tuhan memang selalu tahu apa yang terbaik untuk umat-Nya meski kebaikan itu dalam bentuk kematian.(*)

07 November 2007

Demam Munajat Cinta


Demam lagu Munajat Cinta dari The Rock feat Ahmad Dhani sepertinya sedang melanda teman-teman kantor di Tribun Batam. Pagi, siang, sore hingga malam, lagu itu saja yang diputar dari ruang TI atas permintaan audiences di lantai dua tentu saja. Saking seringnya, tiap ada teman yang bergumam selalu keluar syair lagu yang sebenarnya cukup melo itu:...Tuhan kirimkanlah aku...kekasih yang baik hatiiii. Yang mencintai aku...apa adanyaaa...
Pintar juga sih pak Ahmad Dhani. Meski rumah tangganya sedang dilanda praha hebat, tetap bisa menciptakan lagu-lagu yang langsung jadi favorit pendengarnya. Meski ada sih suara-suara sumir di beberapa milis yang menyamakan lagu ini dengan lagu-lagunya Iis Sugianto era 80-an dulu, tetap saja penggemar si Munajat Cinta ini makin banyak.
Tapi tak cuma lagu The Rock yang jadi favorit teman-teman di Tribun, beberapa lagu dari grup-grup band pendatang baru juga sempat jadi favorit juga. Cuma saking banyaknya lagu baru, ada juga beberapa teman yang tidak mengenali siapa penyanyinya. Pokoknya asal enak lagunya, sering diputar dan tentu makin hafal liriknya. Kisah tentang kedatangan grup band Drive yang terkenal dengan lagunya Bersama Bintang ke kantor Tribun, mungkin bisa mewakili gambaran tersebut. Cuplikan percakapan berikut terjadi beberapa saat setelah Drive meninggalkan kantor.

Seorang Teman (T): Kae mau sopo to mbak?
Me(M): Drive.
T: Sopo kuwi?
M: Grup band.
T: Batam?
M: Dudu no, Jakarta.
T: Ning ra terkenal yo?
M: Terkenal lah.
T: Lagune opo to?
M: Bersama Bintang.
T: Lagune piye?
M: Tidurlah selamat malam. Lupakan sajalah akuuu..Tidurlah dalam mimpimu...bersama bintaaaangg..
T: Ooo...kae mau sing nyanyi to. Wah ngerti ngono njaluk tanda tangan yo.
M: Halah...telat!

***

29 October 2007

Si Pipot...




Julukan si pipot alias pipi kempot (berlesung pipit) sebenarnya diberikan seorang tetangga kepada ayah. Ceritanya waktu kecil dulu, tetangga tersebut (siapa ya namanya...lupa) suka mencandai ayah dengan panggilan dandang pot pipi kempot. Nah...ternyata panggilan tersebut kini menurun ke adik shaki. Si adik memang memiliki lesung pipit di kedua pipinya. Beda dengan kakak Naomi yang hanya memiliki satu lesung pipit seperti ayah. Ceritanya waktu pulang kemarin, para tetangga ayah yang dulu memanggil ayah dengan sebutan pipot "mempertanyakan" lesung pipit adik yang langsung terlihat setiap adik tertawa (secara adik Shaki memang murah senyum juga sih).
"Kok bisa ya ana kempot-e kaya ramane. Kepriwe golehe nggawe dening bisa loro-lorone ana kempot-e kabeh."(Kok bisa ya ada lesung pipit-nya seperti ayahnya. Bagaimana cara membuatnya kok dua-duanya pada punya lesung pipit semua),"komentar mereka.
Dulu waktu kakak dan adik baru lahir, mbah Siti juga berkomentar sama.
"Giyeh...ana kempot-e kaya ko Har. Bisa nggo tanda, berarti kiye jelas ora mungkin ketuker ya." (Nih ...ada lesung pipitnya seperti kamu, Har. Bisa untuk tanda. Berarti ini jelas nggak mungkin tertukar ya,")canda mbah Siti waktu menunggui kakak dan adik lahir dulu.
Memang lesung pipit Kakak Naomi dan adik Shaki jadi semacam trade mark keluarga kami. Bahkan ayah yakin kalau nanti punya anak lagi, pasti akan jadi pipot keempat dalam keluarga kami. Cuma masalahnya...apa mau nambah lagi nih? Dua saja sudah repot lho...(*)

27 October 2007

Tak Sempat Foto Bersama...






Perjalanan mudik yang awalnya kami sangka akan macet dan melelahkan, ternyata tak seperti dugaan kami. Alhamdulillah semua berjalan lancar dan menyenangkan hingga Ayah berencana tahun depan Insya Allah kami ingin pulang lagi. Horee..
Kamis (10/10) pukul 11.00 pesawat Citylink yang kami tumpangi terbang ke Bandung. Tumben tidak delay. Sekitar pukul 12.25 sudah landing di Bandara Husein Sastranegara. Kakak Naomi sempat heran melihat kondisi bandara yang memang lebih "sederhana" di banding Bandara Hang Nadim Batam.
"Kok bandaranya kayak gini ya Yah?"cetus dia saat kami sedang menunggu bagasi. Ayah cepat-cepat meletakkan jari telunjuk di mulut. Tanda Kakak diminta tak banyak berkomentar lagi (lha iya lah...di kota orang gitu lho!)
Perjalanan dilanjutkan ke kantor Tribun Jabar di jalan Malabar Bandung. Kami memang memesan tiket travel dengan alamat penjemputan di kantor yang masih satu grup dengan perusahaan tempat Mama bekerja.
Ketemu dengan pak Mac, mbak Hasanah, pak Cecep, pak Asmadi dan teman-teman Tribun Jabar lain yang selama ini cuma dikenal di awang-awang aja. What a kindly people!
Jam 19.00 WIB travel datang menjemput tapi jam 21.00 baru keluar kota Bandung. Perjalanan benar-benar lancar tanpa macet. Sempat sih terhenti di Nagrek, tapi itu cuma sekitar 20 menitan karena kebetulan ada kereta melintas.
Pukul 00.30 WIb sampai di Ciamis di tempat perhentian travel dan sekalian ketemuan dengan Pakdhe Anto (kakaknya Ayah) yang dinas di Polres Ciamis. Kebetulan rumah makannya dekat dengan kantor dan rumah Pakdhe. Setelah sahur bersama, kami melanjutkan perjalanan ke Purwokerto. Meski kami pulang pada H-2, ternyata jalur selatan benar-benar bebas macet. Hanya butuh waktu sekitar tiga jam, kami sudah sampai di rumah ibu di daerah Karanglewas Purwokerto.
Sejak kami tiba, tamu terus berdatangan di rumah ibu. Selain bersilaturahmi dalam rangka lebaran, ibu mertua juga punya gawe mantu Om Toro (adik laki-laki ayah satu-satunya). Pernikahan yang sedianya dilaksanakan 4 November akhirnya diubah pada 19 Oktober setelah pihak keluarga tahu bahwa kami pulang.
Bisa dibayangkan betapa sibuknya keluarga ayah mempersiapkan pernikahan tersebut. Itu sebabnya, untuk sekadar potret bersama saja kami tak sempat...(*)

25 October 2007

Sering Dikira Kembar



Dari sekian banyak cerita menyenangkan selama mudik lebaran, bertemu dengan sanak saudara dan teman-teman yang sudah bertahun-tahun tak berjumpa, menjadi salah satunya. Sebagian sempat diwarnai dengan sedikit tangis haru, terutama dari keluarga yang biasanya selalu teringat almarhumah ibu sebagai orang pertama dalam keluarga besar kami yang tak bisa ikut berlebaran lagi sejak 16 tahun lalu.
Sebagian yang lain diwarnai dengan cerita seru. Apalagi ada beberapa kerabat yang masih sulit membedakan antara Mama dan Bunda Nea (adik ketiga dan satu-satunya yang berjenis kelamin sama dengan Mama). Padahal usia kami berdua terpaut cukup jauh, tujuh tahun. Namun seiring berjalannya waktu dan ketika kami telah menjadi bagian dari kaum ibu, banyak yang mengatakan kami berdua mirip. Bahkan seperti anak kembar yang sebaya (yang ini entah apa karena Mama yang awet muda atau Bunda Nea yang keliatan lebih matang. Hi..hi...hi).
Selama berlebaran dan bersilaturahmi dengan sanak saudara dan tetangga, ada sekitar enam orang yang terkecoh termasuk Mbah Abu Putri (ibunya almarhumah ibu yang Alhamdulillah masih sehat meski usianya sudah sekitar 85 tahun).
Waktu rombongan kami datang bersama Bapak dan kebetulan Bunda Nea yang ada di belakang Bapak, Mbah Abu Putri langsung menangis memeluk Bunda Nea.
"Oalah Peni...Peni..Kok ra tau bali yo nang Wonosobo? Mbah kangen...kepingin cerito akeh. Ojo cepet-cepet bali yo,Pen. Turu kene wae yo karo Mbah. Endi bojomu? Endi anak-anakmu?!" (Oalah Peni...Peni...kok nggak pernah pulang ke Wonosobo? Mbah kangen ingin cerita banyak. Jangan cepat-cepat pulang ya, Pen. Tidur sini saja sama Mbah. Mana suamimu? Mana anak-anakmu?).
Bunda Nea yang tadinya sudah mau terharu malah senyam senyum sambil memegang tangan Mbah Abu Putri.
"Mbah...niki Nea, sanes Mbak Peni. Mbah keliru nggih. Mbak Peni niki mbah. (Mbah...ini Nea, bukan mbak Peni. Mbah salah ya. Mbak peni yang ini),"celetuk Bunda diiringi tawa beberapa orang di dalam rumah.
Selain Mbah Abu, ada Paklik Untoro, Bulik Iin, Bulik Sahid, Bulik Yul, Om Bambang dan Mak-e (kakaknya ibu yang dulu memelihara kami sewaktu masih kecil) juga sempat terkecoh. Mak-e malah sudah sempat ngunyel-ngunyel Bunda Nea dan nepuk-nepuk pipi Bunda Nea dengan mata berkaca-kaca. Dikiranya Mama...
Dua tahun lalu waktu pernikahan Om Topan, mereka juga sulit membedakan Mama dan Bunda Nea di acara resepsi pernikahan. Mbah juga sudah sempat nangis-nangis dan memeluk Bunda Nea yag dikiranya Mama. Oalah....

08 October 2007

Tak sabar menunggu pulang

Hari-hari ini rasanya malas sekali tiap harus pergi ke kantor. Mungkin karena sudah dekat mau mudik. Apalagi tiap pulang ke rumah dan melihat tas-tas yang sudah dipacking..duh jadi pingin cepat mudik. Sudah hampir sembilan tahun lho nggak lebaran di rumah. Mbah Ridho (Bapak) juga sempat terharu waktu di telpon dan mendengar kabar mau pulang kampung lebaran tahun ini. Meski sebenarnya kami ingin membuat kejutan dengan tidak memberitahu siapapun, rupanya justru Ayah yang nggak sabar dan akhirnya membocorkan rencana tersebut. But it's ok! Mungkin inilah saatnya Allah SWT memberi banyak kelapangan kepada kami sehingga baru sekarang kami benar-benar bisa bersilaturahmi. Lengkap dengan dua anak kami, Naomi dan Shaki. Memang akan menjadi perjalanan yang melelahkan, apalagi kepulangan kami tepat terjadi H-3 sebelum Hari Raya Idul Fitri tiba. Puncak arus mudik, kata orang! Tapi insya Allah kami akan menikmatinya. Meski macet, meski capek, meski adik Shaki mungkin akan rewel....tak sabar rasanya ingin cepat pulang!!(*)

25 September 2007

World's Mysteries Blog. Menarik...

Nggak sengaja waktu lagi mencari tulisan tentang kontroversi pendaratan manusia di bulan untuk pertama kalinya, menemukan blog yang satu ini. Isinya menarik sekali. Yang menulis alias blogger-nya, seorang anak muda yang tinggal di Yogyakarta.
Beda dengan blog lain yang biasanya lebih banyak berisi tentang curahan hati dan pengalaman pribadi (termasuk blog kami nih ...he...he..he), Dipta (sang pemilik blog) justru memposting blog-nya dengan tulisan-tulisan ilmiah tentang berbagai misteri tak terpecahkan di seluruh penjuru dunia. Termasuk juga tentang kisah-kisah yang sudah familiar seperti Segitiga Bermuda, Jack the Ripper, kisah kota-kota kuno dan artefak dunia yang hilang ribuan tahun lalu dan kemudian di temukan lagi, UFO, Black Hole, Dracula, Monster Loch Ness, Bigfoot, Zombie, bencana teraneh yang pernah terjadi di dunia, foto-foto langka dan sebagainya. Benar-benar menarik!

Lomba Desain Tshirt Qwords.com

22 September 2007

Rindu Teman-teman Lama






Ketika sedang membolak-balik album foto di rumah beberapa waktu lalu, secara tak sengaja Ayah menemukan foto-foto lamanya ketika sedang berada di Jepang dan Cina. Ayah memang beberapa kali ditugaskan kesana, hampir tiap tahun malah. Di dua negara itu, Ayah berkesempatan berkenalan dengan teman-teman baru sesama satu perusahaan yang berpusat di Jepang.
Tanpa diminta, Ayah lantas bercerita tentang pengalaman-pengalaman lucu yang kadang lupa diceritakannya saat berada di dua negara tersebut.
"Yang ini nih, Mr X (sebut saja begitu), tiap malam kerjaannya minum arak sampai mabuk. Kalau sudah mabuk, ngomongnya ngelantur kemana-mana,"kata Ayah sambil menunjuk foto seorang teman yang sedang tertawa lepas.
"Kalau yang cewek ini si M, kayaknya sih dia naksir ayah. Perhatian banget sih, tapi terus ada yang ngasih tahu dia kalau Ayah adalah married man. Jadinya...kayak patah hati gitu,"kata Ayah kege-er-an sambil senyam senyum. (Walah...Baru diperhatikan gitu aja kok kegeeran sih? Jangan-jangan karena si Miss M itu kasihan lihat Ayah bengong sendirian nggak ada teman di Cina!)
"Wah...jadi kangen nih kesana lagi? Masih pada kerja di Shimano nggak ya mereka,"kata Ayah setelah foto-foto itu disimpan kembali.
Sepertinya Ayah rindu bertemu dengan teman-temannya dan suasana musim dingin disana. Atau karena mungkin rindu merasakan hidup sendiri tanpa ada gangguan dari Mama, kak Naomi dan adik Shaki ya? Semoga yang ini tidak. Apalagi kata Ayah, waktu terakhir ke Jepang awal tahun lalu, Ayah merasa nggak betah dan pingin cepat pulang meski baru sepuluh hari disana. Katanya sih rindu sama kak Naomi dan Mama yang ketika itu sedang hamil tua. Ciee...yang bener, Yah?(*)

18 September 2007

Mirip cowok






Layaknya anak kecil yang lagi lucu-lucunya, banyak tingkah adik Shaki yang selalu membuat kami gemas. Mulai dari kebiasaannya yang suka berteriak-teriak semi memekik, melototi televisi kalau sedang tayang iklan, kesenangannya berjoget tiap mendengar ada bunyi musik dan tentu saja gayanya yang selalu pethakilan mirip anak cowok.(Mungkin karena dari awal hamil dulu, kami menginginkan anak laki-laki ya).
Meski kalau dipikir-pikir kebiasannya yang selalu memekik-mekik bikin ribut, tapi kami justru menikmati semua kelucuan-kelucuan yang dilakukan adik.
"Mumpung masih imut, biar aja seperti itu. Nanti kalau sudah gedhe kan nggak lucu lagi,"kata orang-orang di sekitar rumah yang sering gemas juga melihat adik Shaki.
Kalau ingin lihat kayak apa sih tingkah polah adik yang kata kakak suka pethakilan, lihat aja tuh foto-fotonya. Sebagian yang motret kakak Naomi lho...(*)

Kakak Belajar Puasa ...


Sejak tahun lalu, sebenarnya Kakak sudah mulai berpuasa meski cuma puasa beduk alias setengah hari. Tapi karena tahun ini dia sudah berusia delapan tahun, kami wajib memintanya berpuasa penuh hingga Maghrib. Dan ternyata itu tidak mudah. Hari pertama, dia sudah menunjukkan gelagat "mencurigakan". Sejak pukul 12 siang, Kakak sudah mulai mengeluhkan tenggorokannya yang sakit dan rasa haus yang tidak bisa ditahan. Tapi Mama tidak bergeming karena Kakak memang tetap harus puasa. Tapi jam 15.30, tepatnya setelah sholat Ashar, Kakak mulai menangis (dan ini memang senjata dia karena dia tahu Mama pasti tidak tega). Sambil sedikit mengaduh, katanya dia tak tahan lagi. Mama berusaha tidak mendengar keluhannya dan tetap memintanya bersabar karena tinggal beberapa jam lagi beduk Maghrib. Tapi Kakak terus mengaduh. Semakin lama semakin menjadi. Karena kasihan plus tidak tega melihatnya menangis, dengan terpaksa Mama mengizinkan kakak berbuka tepat pukul 16.00. Tentu saja Ayah agak marah waktu Mama ceritakan hal itu.
"Lebih baik kita melihat dia menangis di dunia daripada nanti di akhirat kita menyesal. melatih anak puasa memang harus tega, nggak bisa tidak. Kalau kita bilang tidak tega terus, sampai kapan dia belajar puasa. Naomi sudah delapan tahun sekarang,"kata Ayah.
Malamnya ketika sahur, Ayah melakukan pendekatan dengan kakak termasuk menceritakan kenapa seorang muslim harus berpuasa. Entah apa karena cerita Ayah atau karena hal lain, esok harinya hingga sekarang, Naomi berpuasa penuh. Meski sekali-kali ada keluhan di siang hari, tapi Alhamdulillah dia tak merengek dan menangis lagi seperti ketika hari pertama berpuasa kemarin.

12 September 2007

Delapan tahun lalu...


(harusnya tulisan ini diposting tanggal 8 September kemarin...)

Purwokerto, 8/9/1999
Jarum jam telah bergeser dari angka 12 tengah malam. Semua yang menemani Mama di klinik bersalin Arif telah terlelap. Hanya ibu mertua yang sesekali terjaga dan terlihat khawatir.
"Durung krasa juga ya,Pen? Padahal wis bukaan pitu ya. Biasane wis krasa mules."(Belum terasa juga ya Pen? Padahal sudah pembukaan tujuh ya, seharusnya sudah terasa mules?)
Mama cuma menggeleng ketika ibu terus menanyakan keadaan perut Mama yang tak kunjung menunjukkan reaksi sakit.
Ayah yang ada di Batam, sejak pagi juga terus menelpon dan menanyakan keadaan Mama. (Ayah memang tidak bisa pulang kala itu karena harus mempersiapkan segala sesuatu menjelang keberangkatan ke Jepang. Dan keputusan kami untuk melahirkan di Purwokerto dianggap tepat agar Mama banyak yang menjaga dan merawat usai melahirkan nanti.)
Tak lama kemudian, bu Arif, bidan senior di Purwokerto yang menjadi pemilik klinik bersalin ini masuk ke ruangan.
"Ayo mbak saya periksa lagi ya, siapa tahu pembukaannya sudah cukup untuk melahirkan,''kata bu Arif dengan halus dan menyejukkan. Mungkin inilah yang menjadi alasan seluruh keluarga besar di Purwokerto selalu memilih klinik ini sebagai tempat melahirkan.
"Wah...ini sudah pembukaan delapan. Sudah ya nggak usah jalan-jalan lagi, sebentar lagi bayinya keluar nih. Istirahat saja biar energinya disimpan untuk mengejan. Nanti kalau rasa sakitnya mulai terasa sering, panggil saya saja ya,"ujar bu Arif. Lagi-lagi dengan nada yang membuat Mama merasa tenang.
Benar saja, tidak lama setelah bu Arif keluar, Mama mulai merasakan sakit di perut bagian bawah. Lama-lama rasa sakit itu kian menjadi. Bercampur dengan rasa nyeri, mulas dan pedih. Ya Allha...tidak terkatakan betapa sakitnya ketika itu.
Ibu yang sejak tadi terlihat khawatir, semakin cemas melihat keadaan Mama.
"Nek arep nangis, nangis bae ya. Aja ditahan. Maca apa bae, istighfar, syahadat. Astaghfirullah hal 'adziiim...laa ilaha ilallah...,"(Kalau mau menangis, menangis saja ya. Jangan ditahan. Baca apa saja yang bisa istighfar, syahadat. Astaghfirullah hal 'adziiim...laa ilaha ilallah...,"kata Ibu yang terus terlihat cemas.
Bulik Bekti (keponakan sekaligus ipar Ibu) yang menemani sejak sore juga ikut terjaga.
Mama terus merasa sakit luar biasa selama hampir tiga jam. Sesekali ibu membaca ayat-ayat suci sambil mengelus-elus bagian punggung dan pinggang Mama dibantu Bulik Bekti.
"Bu Arif diundang bae ya. Katone wis lara banget kiye"(Bu Arif dipanggil saja ya, kayaknya sudah sakit sekali itu),"kata bulik Bekti.
Ibu hanya mengangguk sambil tetap mengusap-usap punggung Mama yang terus mengaduh kesakitan. Rupanya bu Arif sudah memperkirakan waktu kelahiran Mama. Sekitar pukul 05.00 WIB atau usai sholat Subuh, bu Arif mulai memberi aba-aba agar Mama mengejan sekuat tenaga.
"Nanti kalau saya bilang berhenti, mbak Peni jangan mengejan ya. Kalau saya bilang ayo, mengejan sekuat tenaga ya biar bayinya cepat keluar,"katanya lembut.
Mama hanya bisa mengangguk. Dan begitulah selama hampir duapuluh menit mengikuti arahan bu Arif sambil merasakan sakit yang teramat sangat, Mama melahirkan seorang anak perempuan dengan panjang 50 cm dan berat 3.1 kg. Alhamdulillah...
Kami memberinya nama Naomi Shofura Batuaji. Naomi yang diambil dari bahasa Jepang berarti cantik atau indah, Shofura adalah nama istri Nabi Musa AS yang dikenal dengan kesabaran dan kesholehannya. Sedangkan Batuaji, adalah nama sebuah kawasan di Batam, tempat kami menetap saat pertama kali tiba di pulau ini beberapa tahun lalu.
Kini Naomi, anak sulung kami, telah berumur delapan tahun. Selamat ulang tahun sayang. Cepat besar ya...nak. Tumbuhlah menjadi orang baik yang berguna bagi sesama dan agamamu. Besarlah menjadi orang yang tangguh menghadapi cobaan yang pasti akan datang menderamu. Jangan lupa doakan selalu orangtuamu agar selalu bahagia di dunia dan akhirat. Kami akan selalu menyayangi dan menjagamu...!(*)

08 September 2007

HP Ayah Hilang...!

Bukan bermaksud membuka aib, tapi kalau boleh jujur, salah satu kelemahan ayah yang kadang merugikan dirinya sendiri adalah teledor. Cuai kalau kata orang Melayu. Apalagi dengan benda-benda kecil seperti kunci kontak, name tag, pena, jam tangan, kacamata, flashdisc dan sebagainya. Benda yang terakhir disebut ini malah sempat dinyatakan hilang dan kemudian ditemukan di saku celana seragam ayah yang sudah dicuci di mesin dan disetrika!(Jelas rusak to ya...lha diubek-ubek dan diputer-puter ndak karuan gitu!). Dan itu tidak terjadi satu dua kali saja. Hampir tiap hari. But it's just a beginning karena beberapa hari lalu, ayah baru saja kehilangan barang kesukaannya: handphone!(Maklum didalamnya ada games favorit Ayah plus score tertinggi yang katanya pernah dicapai).
Entah bagaimana ceritanya benda yang selama ini jadi "urat nadi" kehidupan ayah itu bisa hilang. Raib. Lenyap. Ayahpun tampaknya tak ingin membahas terlalu dalam ketika Mama menanyakan mengapa HP itu bisa hilang.
"Bikin sedih,''kata ayah beralasan. Tapi masalah tidak berhenti di situ karena ayah harus mulai mengumpulkan nomor kontak semua teman, kenalan dan relasinya satu persatu. Ayah jelas tidak pernah mencatat nomor itu di agenda miliknya, apalagi menghapal di luar kepala. Tapi dibandingkan sekadar mengumpulkan nomor tersebut, hal lain yang sebenarnya membuat ayah "pusing" adalah mengurus lagi aktivasi nomor yang sudah dinyatakan hilang itu di Graha Telkomsel.
"Males...pasti antri dan repot,"ujar Ayah.
Tapi bagaimana lagi, ayah toh tetap harus mengurusnya agar nomor lama ayah bisa digunakan lagi. Dan ternyata dugaan ayah bahwa hal kecil itu akan merepotkan menjadi kenyataan. Ingin tahu kejadian seperti apa yang dialami ayah, berikut cuplikannya:

Ayah: Siang mbak...saya mau mengurus aktivasi kartu Halo saya yang hilang..bla..bla..bla..
Customer Service Telkomsel (CST): Baik pak, silahkan isi formulir berikut ini (sambil menyerahkan dua berkas formulir berisi data isian pribadi)
Ayah: (sudah males duluan melihat formulir. Tapi tetap diisi dan ...selesai!) Ini mbak..
CST: Ada foto kopi KTP pak?
Ayah: (membuka dompet dan menyerahkan fotokopi KTP yang sudah disiapkan)
CST : Rekening listrik dan air bulan terakhir pak?
Ayah: Lho..pakai syarat itu juga to? Kok saya nggak dikasih tau waktu telpon ke call centre semalam?
CST: Iya pak, prosedurnya memang demikian.
Ayah: Ok deh... menyusul bisa kan? Biar istri saya yang mengantar kesini nanti siang
CST: Nggak bisa pak, harus bapak sendiri. Tidak bisa diwakilkan
Ayah: (mulai dongkol dan banyak beristighfar dalam hati) Kan cuma mengantar rekening aja mbak masak nggak bisa sih?
CST: Iya pak karena nomor ini atas nama bapak
Ayah: Ok deh kalau memang berbelit-belit seperti itu, saya close aja lah nomor saya. Biar saya pindah ke operator lain saja.
CST:(buru-buru memberi klarifikasi) Bukan begitu pak, kami tidak bermaksud berbelit-belit tapi memang prosedurnya seperti itu. Tapi baiklah pak, rekeningnya bisa diantar istri bapak nggak apa-apa.
Ayah (mulai slow lagi) Nah gitu kan enak mbak, saya udah delapan tahun lho jadi pelanggan telkomsel, masak masalah kayak gitu aja dipersulit. Jadi... besok sudah bisa aktif lagi ya nomor saya?
CST: O..belum pak masih harus nunggu empat sampai satu minggu lagi!
Ayah: Seminggu lagi...? Lama sekali?
CST: Iya pak karena kami harus survey tempat tinggal bapak dulu.
Ayah:Loh kan dulu sudah! Disurvey lagi? Kan nggak pindah-pindah rumah saya?
CSt: Maaf pak, memang prosedurnya seperti itu.
Ayah( Rrrgggrh... @8//Aq0=*??x!!)=&6)T
***

Oalah prosedur...prosedur! Makhluk kayak apa sih kamu sampai bikin ayah dongkol kayak gitu? Andai saja bisa mengikuti gaya Gus Dur: Gitu aja kok repot, kan nggak perlu mumet-mumet to. Semua cepet beres...!

05 September 2007

Berita dari Langit itu Sungguh Tragis...


Berita dari langit atau berita yang "tiba-tiba" datang, biasanya kami sikapi dengan biasa saja. Tapi tidak kemarin malam! Seorang ibu membunuh dua putri kandungnya dan dia sendiri nekat gantung diri tapi berhasil di selamatkan! Dan itu terjadi di Batam!!! Berita tentang ibu yang membunuh anak kandungnya dan kemudian bunuh diri, memang bukan kali pertama ini menjadi berita utama di surat kabar tempat Mama bekerja. Tapi kali ini...peristiwa memilukan itu terjadi di kota ini! Ya Allah...
ES, sang ibu yang diduga mengalami depresi berat, nekat mencekik Vetty (13 tahun) putri sulungnya dan Nadine (1 tahun) si kecil yang sedang lucu-lucunya. Jangan heran jika para tetangganya yang tinggal di perumahan Nagajaya Batuaji Batam terisak dan ikut menangis ketika melihat jasad kecil bocah itu di bawa ke rumah sakit.
Sungguh...meski bagi kami "berita dari langit" terkadang membuat pekerjaan lebih mudah, tapi tidak kali ini. Ada kesedihan dan perasaan perih tersayat melihat dua bocah yang seharusnya menikmati masa kecilnya dengan bahagia, harus terenggut oleh ibu yang dulu melahirkan mereka ke dunia.
Tapi itulah yang terjadi! Tak pernah ada yang tahu apa yang sebenarnya ada di benak sang ibu hingga dia tega menghilangkan dua buah hatinya dengan tangannya sendiri. Termasuk sang ayah, FR, yang kini harus menjalani hidupnya dengan lebih berat.(*)

27 August 2007

Tujuhbelasan Kelabu...




Tujuhbelasan tahun ini benar-benar kelabu. Pertama, karena kamera di rumah tiba-tiba ngadat tak bisa dipakai. Baru sempat menjempret dua moment saja (Kakak lagi ikut lomba mewarnai di perumahan dan kereta hias adik Shaki untuk pawai) setelah itu...memory full! Padahal Mama lagi cuti dan tak bisa transfer di kantor dan kabel penghubung yang ada di komputer ayah hilang entah kemana. Jadilah Agustusan tahun ini tanpa foto-foto. Untung ada ayah Hain yang merekam moment spesial tersebut. Nanti bisa ngopi ya pak?
Kedua, sejak tiga hari sebelum tanggal 17, Batam diguyur hujan terus menerus. Makanya aneka lomba terpaksa molor digelar dan bahkan beberapa diantaranya dibatalkan karena cuaca yang tidak memungkinkan. Begitu juga hari H pawai kendaraan hias dan baju daerah yang jadi puncak acara sebelum malam tasyakuran warga. Padahal Mama bela-belain menghias sepeda kakak Naomi sampai jam 12 malam, ternyata dari pagi hujan besar disertai petir mengguyur Batam. Yang lebih parah lagi, anak-anak yang sudah jauh hari menyiapkan sepeda hias dan kostumnya tetap pada ngotot mau pawai. Oalah hujan je...le...nduk! Masuk angin nanti. Tapi karena sebagian orangtuanya juga kadung bersemangat menghias sepeda anaknya, pawai tetap juga dilaksanakan meski cuma sebentar dan berkeliling di satu blok saja. Tentu dengan hiasan dan kostum tambahan berupa payung dan jas hujan!
Untungnya pas malam tasyakuran, hujan benar-benar berhenti. Kami satu blok bisa saling bersilaturahmi. Berkumpul melihat pembagian hadiah aneka perlombaan, menikmati ikan dan ayam yang dibakar bersama-sama di lapangan sembari menyaksikan video perayaan Agustusan tahun lalu dan karaoke-an sampai tengah malam tanpa ada warga yang protes.Hmm..menyenangkan karena hujan tidak turun lagi!(*)

20 August 2007

Bike to Work...



Sejak bergabung di Mountain Bike (MTB) Batam Club, ayah kian rajin bersepeda. Hampir tiap event yang diadakan MTB Batam Club, ayah pasti ikut meski jarak yang harus ditempuh bisa mencapai 35 kilometer. Wah...
Terakhir pas memeriahkan HUT Kemerdekaan Indonesia, ayah dan teman-temannya ikutan Barelang Bike Tour 2007 dengan rute tempuh Jembatan Tengku Fisabilillah alias Jembatan Barelang 1 hingga pantai Melur yang berdekatan dengan Jembatan 6. Lumayan juga jaraknya!(lihat aja tuh foto ayah, terutama pas di tanjakan. Lemes banget kayaknya, bos!)
Usai ikut lomba nggak ada keluhan sakit pinggang atau kaki meski sudah menempuh jarak yang lumayan jauh dan naik turun. Sebelumnya waktu ikutan di Citra Mas dan latihan hingga ke Nongsa, ayah juga nggak mengeluh pegal-pegal. Mungkin karena happy dan lagi semangat, maklum masih baru (ha..ha..ha).
Tapi kata ayah, program MTB Batam Club lagi terus di up date. Nggak cuma sekadar acara jalan-jalan bersepeda thok, mereka malah punya impian merealisasikan program bike to work (B2W) di Batam. Yakni komunitas pekerja bersepeda seperti yang sudah marak di beberapa kota besar seperti Jakarta, Bogor, Bandung dan Makasar. Cuma nih...di Batam, pada mau nggak ya? Secara Batam itu kan panas dan kontur jalannya yang berbukit naik turun. Belum lagi kalau hujan, petir dan banjirnya bikin orang takut di jalan raya. Tapi tentu aja ayah dan teman-temannya nggak akan menyerah begitu saja. Apalagi program B2W yang katanya di bulan ini dan September nanti dicanangkan sebagai Bulan Gelar Pekerja Bersepeda Nasional, memang membuat orang makin sehat dan rileks. Pastinya lagi sih jelas bebas macet, bebas BBM alias bisa irit, dan mengurangi polusi udara di kota Batam yang makin parah setiap harinya. Ya deh...kita dukung Ayah makin cinta bersepeda!

09 August 2007

"Bahagia" di Atas Sebuah Derita...

Seringkali peristiwa menyedihkan dan menyayat hati seperti bencana alam, kecelakaan pesawat, pembunuhan, perampokan ..yang terjadi secara tiba-tiba, justru menjadi kabar "bahagia" bagi pekerja pers seperti kami. Apalagi jika hingga menjelang malam, kami tak menemukan satu beritapun yang layak menjadi headline alias layak jual. Biasanya kamipun mengharap "berita dari langit" alias peristiwa besar yang tiba-tiba saja terjadi.
Seperti Rabu (8/8) malam, tak ada satu pun berita besar yang bisa menjadi berita utama. Hampir semua awak Persda Network di Jakarta yang menjadi tempat bergantung berita nasional dan situs-situs berita seperti detikcom dan kantor berita ANTARA, semua mengulas Pilkada DKI. Meski secara nasional menjadi berita besar, tapi untuk konsumsi masyarakat Kepri, berita tersebut jelas bukan berita menarik. Kalaupun orang ingin tahu, hanya sebatas siapa yang terpilih sebagai gubernur. Yang lain, hampir dipastikan tak akan menarik perhatian pembaca. Sampai menjelang tengah malam ketika halaman satu hampir siap dicetak, sebuah "berita dari langit" datang. Gempa melanda pulau Jawa. Dari Yogyakarta, Bandung hingga Jakarta, ratusan orang panik setelah goncangan berskala 7.2 richter membuat tidur malam mereka berubah menjadi mimpi buruk.
Meski dari aspek kedekatan, lokasi gempa memang berada jauh dari Kepri, tapi dari sisi imbas kepada pembaca, berita gempa lebih "berbunyi" dibanding berita tentang Pilkada Gubernur Jakarta. Kenyataan bahwa mayoritas masyarakat Kepri adalah pendatang termasuk dari pulau Jawa, membuat berita gempa tetap akan lebih menarik minat pembaca untuk mengetahui kejadian tersebut secara lebih detail.
Begitulah! Ini bukan kali pertama, kami "diuntungkan" dengan berita dari langit seperti yang terjadi semalam. Sebelumnya, peristiwa yang terjadi menjelang malam seperti pesawat Lion Air yang tergelincir di Solo, bencana longsor di Banjarnegara, Adam Air yang hilang bersama ratusan penumpangnya di Sulawesi dan hingga kini tak ditemukan, pesawat Heli yang jatuh di Wonosobo dan sebagainya, juga menjadi berita yang jatuh dari langit bagi pekerja media seperti kami. Sayangnya bagi semua orang, berita dari langit itu adalah kabar duka yang selalu berkisah tentang cerita sedih atau kematian!(*)

01 August 2007

Macet lagi...



Kalau di daerah lain, masyarakatnya mungkin saja akan antusias menyambut kedatangan para pejabat pusat yang datang berkunjung, tampaknya hal itu tidak berlaku bagi masyakarat Batam. Bahkan meski yang datang menteri, wakil presiden atau bahkan presiden sekalipun.
Selain sering (karena hampir tiap bulan selalu saja ada yang datang ke pulau Batam), kedatangan para pejabat ini sering dianggap masyakat jadi...maaf...biang keladi penghambat mobilitas mereka di jalan raya.
Seperti hari ini, H-1 menjelang kedatangan wapres untuk membuka forum tahunan pertemuan gubernur seluruh Indonesia. Jalan-jalan protokol sudah dipenuhi para personil paspamres, polisi, personil TNI, Polisi Militer, lengkap dengan senjata masing-masing. Sejumlah perempatan yang dianggap rawan macet sudah disterilkan sehingga tak ada pilihan lain kecuali melewati jalan memutar yang berarti makin jauh dan lama.
Yang tak kalah menyebalkan dan membuat pengguna jalan mengumpat adalah aktivitas penambalan jalan berlubang (yang memang ada dimana-mana) menjelang kedatangan mereka ke Batam beberapa hari sebelumnya. Dilakukan sepanjang hari dan terkadang hampir menutup seluruh badan jalan, bagaimana mungkin antrian kendaraan tidak terjadi? Macet dimana-mana sudah pasti.
Belum lagi saat sang pejabat benar-benar datang. Praktis jalan yang terkadang menjadi akses satu-satunya menuju ke tempat kerja atau tempat usaha, tidak bisa dilewati dan mereka harus rela menunggu sampai rombongan yang jumlahnya berpuluh-puluh mobil lewat. Kalau sudah begini, bagaimana masyarakat antusias menyambut mereka?(*)

24 July 2007

Lomba Kaos Detikinet

23 July 2007

Macem Mane ni Pakcik?

Pagi-pagi Mama sudah antri di loket sekolah Kakak Naomi untuk bayar dan ambil buku. Tahun ini harga bukunya lebih mahal (ya pasti lah!) malah buku tulis bergambar para dewan guru yang dulu dijual Rp 3.000 per biji (padahal tipis banget), sekarang jadi Rp 4.000 dan harus beli satu paket yang isinya lima belas. Mau tidak mau katanya harus beli. Kalau tidak, setiap ada PR atau pelajaran, guru tidak akan kasih nilai karena tidak dikerjakan di buku tulis resmi yang dikeluarkan sekolah. (whoaaa!!Kayaknya jaman Mama di SD dulu nggak gini-gini banget!).
Buku pelajaran dengan metode Kurikulum Berbasis Kompetensi juga harus dibeli di sekolah (yang ini...maaf..lebih parah lagi karena sebagian besar cuma dibuat dari kertas koran. Mirip buku-buku stensilan yang biasanya tintanya akan lari kemana-mana kalau basah kena air!)
Yang bikin para orangtua agak pusing lagi, tahun ini seragam sekolah diganti padahal seperti Kakak, baju seragamnya masih lumayan bagus-bagus karena baru dipakai selama satu tahun.
Kalau dulu hari Rabu dan Kamis pakai seragam batik (katanya yang ini khas Indonesia), tahun ini diganti kotak-kotak, mirip baju khas orang Scotlandia(?). Dulu baju olahraga warna biru, sekarang diganti kuning. Dulu baju Melayu yang dipakai tiap hari Jumat berwarna hijau, sekarang diganti warna pink (Melo banget nggak sih?).
Mau nggak mau juga, harus beli! Masalahnya nggak ada orangtua yang kayaknya tega melihat anaknya sendirian mengenakan baju yang berbeda di banding teman-temannya! Nggak cuma bakal diolok-olok, parahnya ada juga guru yang tidak mau tahu dan menganggap anak tidak disiplin karena tidak mengenakan seragam sesuai dengan ketentuan. Apa mungkin tega melihat anak harus bersih-bersih toilet sepanjang tahun dengan alasan indisipliner?!?
Tapi sekolah Kakak belum seberapa. Di beberapa sekolah lain, saat musim penerimaan murid baru beberapa waktu lalu, malah ada sekolah yang "meminta" pada orangtua dan wali murid, barang-barang yang agak berlebihan sebagai syarat masuk sekolah. Keramik lantai, TV 21 inch, DVD player, kipas angin, dispenser, rice cooker dan sebagainya.
Syarat lain, barang-barang itu harus bermerek dengan range harga yang sudah ditentukan! Jika tidak bersedia, pihak sekolah hanya memberi pernyataan singkat: Silahkan pilih sekolah lain, kami tak memaksa anak Bapak/Ibu sekolah di tempat ini!
Ironisnya,Kepala Dinas(Kadis)Pendidikan Kota Batam seolah dibuat tidak berdaya. Ketika beberapa waktu lalu beliau mengeluarkan pernyataan bahwa akan menindak kepala sekolah yang tetap memungut sumbangan di luar ketentuan, beberapa kepsek membuat aksi perlawanan dengan beramai-ramai "nggruduk" ke kantor Pemko Batam selang sehari setelah pernyataan itu dimuat di beberapa media lokal Batam. Pak Kadis pun buru-buru meralat dan mengatakan tak pernah membuat pernyataan seperti itu!!
Wah..macem mane ni Pakcik? Sape pulak yang dah bilang nak menindak pare kepala sekolah tu kalau ade pungutan-pungutan liar di sekolah? Hantu ke?(*)

17 July 2007

Kantorpun Makin Ramai...

Paling seru kalau ada siaran pertandingan sepakbola live di televisi dan Indonesia menjadi bagian dari kompetisi tersebut. Kantor jelas jadi ramai. Tak hanya penggemar bola dari lantai dua, mereka yang ada di lantai satu dan biasanya baru ngantor jam 10 malam, sudah bersiap dengan kursi masing-masing di depan TV di ruang redaksi. Kamipun tidak dilarang berteriak-teriak, loncat-loncat di atas kursi, mengebrak meja sekerasnya, memaki-maki penonton dan tindakan "anarkis" lainnya selama pertandingan berlangsung. Apalagi kalau pemain timnas berhasil menjebol lawan. Tak akan ada yang melarang. Karena ini sepakbola.
Dan besok, saat pertandingan "hidup mati" Indonesia melawan Korsel di Piala Asia 2007 digelar, sudah pasti tindakan-tindakan "brutal" tersebut akan kembali terjadi. Bagi kami, hiburan murah meriah seperti ini benar-benar dinikmati. Minimal sedikit menghilangkan ketegangan tiap detik-detik menjelang deadline tiba. Kantor memang kian ramai setiap ada pertandingan sepakbola...

10 July 2007

Hidup tomat!





Buah (atau sayur ya?) yang satu ini termasuk favorit adik Shaki. Hampir setiap hari, adik minum satu gelas air tomat terutama setelah sarapan pagi. Awalnya sih cuma coba-coba, gara-gara adik sulit buang air besar. Karena tidak ada pepaya di warung dekat rumah dan cuma ada tomat di kulkas, Mama coba bikin "eksperimen" yang tentu saja tetap menyehatkan. Dan ajaib...ternyata setelah minum air tomat, beberapa jam kemudian adik terbebas dari derita sembelit. Belakangan Mama baca di internet, ternyata salah satu khasiat tomat memang memperlancar buang air besar. Nah..pas banget nggak tuh eksperimennya!
Sejak itu, tak hanya adik saja yang dicekokin air tomat tapi juga kak Naomi. Apalagi tomat juga ternyata bermanfaat menambah nafsu makan. Pantes saja...adik termasuk kategori anak yang susah berhenti makan!
Yang lebih penting sih, tak hanya murah dan juga sangat mudah di dapat, tomat tak mengenal musim seperti durian atau rambutan sehingga kapan saja bisa dicari. Jadi daripada mahal-mahal beli suplemen anak untuk meningkatkan nafsu makan, mending beli tomat aja to? Satu kilo cuma Rp 6000 tapi khasiatnya benar-benar tok cer. Hidup tomat!