29 March 2008

Aa Gym Ternyata Masih "Ada"...


Sekitar pukul 18.45 WIB kemarin, sebuah SMS masuk ke HP Mama: "Ayah dan Naomi lagi di masjid Raya. Mo dengerin ceramah Aa Gym. Nanti pulang kerja, Mama nyusul ya?"
Hari itu, dai kondang Aa Gym memang datang lagi ke Batam setelah sekian lama tidak menyapa jamaah setianya di sini. Tepatnya sejak pernikahan kedua Aa dengan Alfarini Eridani yang sempat membuat heboh dan bahkan membuat sebagian jamaahnya merasa syok.
Padahal dulu Aa rajin datang ke Batam. Hampir tiap tiga bulan sekali. Malah sebelum ngetop dulu dan sedang merintis Manajemen Qolbu (MQ)-nya, hampir tiap bulan Aa datang ke Batam, tepatnya di Kawasan Industri Batamindo di Mukakuning.
Dibanding sebelumnya, jamaah yang datang ke majelis Aa kali ini memang tak sebanyak dulu. Semua masih bisa tertampung di ruang utama Masjid Raya Batam Centre. Padahal dulu para jamaah harus rela berdesakan hingga ke lantai dasar dan halaman masjid. Apakah ini ada hubungannya dengan keputusan poligami Aa atau karena memang sudah saatnya masa keemasan Aa redup karena munculnya dai-dai lain? Wallahua'lam!Yang jelas dalam ceramahnya, Aa memang tetap mengangkat tema poligami.
Seakan ingin mengingatkan pada semua yang datang, Aa mengatakan bahwa orang yang melakukan poligami tak hanya harus bisa berlaku adil, tapi juga harus ikhlas menghadapi suara-suara sumbang yang dilontarkan orang lain yang terkadang terasa menyakitkan.
Ibaratnya seperti buah kelapa yang direnggut secara paksa dari pohon. Setelah dibelah dengan parang sambil dipukul-pukul dan dicabik-cabik kulitnya, kelapa masih harus rela diparut secara kasar dengan pemarut besi yang tajam. Setelah itu diperas santannya dan ampasnya masih dipakai untuk mengepel lantai kotor dengan cara dikucek-kucek dengan kaki. Seperti itulah Aa mengumpamakan beratnya cobaan yang harus dihadapi saat dirinya memutuskan berpoligami.
Menyesalkah Aa setelah ia berpoligami? Ataukah mungkin dia sekadar ingin mengatakan bahwa jangan coba-coba berpoligami jika tak ingin merasakan perasaan "sakit" seperti yang diumpamakannya dengan buah kelapa?. Entahlah! Tapi kehadiran Aa malam itu di Batam memang menunjukkan bahwa Aa masih "ada" dan tidak hilang pamor seperti yang diperkirakan banyak orang.(***)

28 March 2008

Ayat-ayat Cinta yang Menguras Air Mata


Menonton film Ayat-ayat Cinta (AAC), rasanya tak ada penonton (wanita terutama) yang tidak merasakan emosi yang berkecamuk. Terlebih di beberapa adegan yang membuat penontonnya tanpa sadar meneteskan airmata (seperti ketika ibunda Fahri yang menangis meyakinkan sang menantu, Aisha, bahwa Fahri tidak mungkin melakukan pemerkosaan seperti yang dituduhkan kepadanya atau ketika adegan Fahri dengan mata berkaca-kaca meminta Aisha untuk ikhlas menghadapi persoalan rumah tangga mereka).
Para pemeran utama film ini (Fedi Nuril, Rianti Cartwright dan Carissa Putri) memang bermain total sehingga akting mereka benar-benar membuat film ini menjadi tontonan yang tak membosankan. Hanung Bramantyo, sang sutradara, tak kalah berjibakunya dalam menyelesaikan film yang kabarnya menelan biaya hingga Rp 7 miliar!
Di situs miliknya, sutradara muda asal Yogyakarta ini menuliskan berbagai kesulitan yang harus dihadapinya, sebelum dan setelah proses syuting di beberapa tempat selesai diambil.
"Pagi harinya aku mulai shooting. Dan persoalan seperti tidak selesai. Dari mulai peralatan yang kami pakai sudah ditinggalkan industri India 5 tahun yang lalu alias butut: Lampu-lampu yang fliker (menghasilkan cahaya kelap-kelip seperti neon yang habis watt nya), kamera tua yang ketika dipakai mengeluarkan bunyi berisik, generator kami yang lebih layak dipakai buat menyalakan mesin pemarut kelapa dibanding buat shooting. Lalu kru-kru India yang disediakan untuk membantu kami bukan kru profesional. Di bagian akomodasi makanan kami selalu datang telat sehingga banyak yang protes. Tidak hanya kru Jakarta saja yang protes, kru India juga begitu. Suatu kali pernah mereka mogok kerja tidak shooting karena hanya di kasih makan sekali sehari. Padahal shooting sampai jam 12 malam. Di lokasi gurun, kami harus mendaki gunung pasir dengan jalan kaki sebelum menuju lokasi utama. Kami menggunakan unta buat mengangkat kamera dan perlengkapannya. Kaki-kaki kami sakit tertusuk tanaman duri. Bibir kami banyak yang pecah karena panas matahari. Sebelum mencapai tempat lokasi, kami istirahat mirip kafilah-kafilah yang kehausan di tengah sahara..." tulis Hanung di situs pribadinya.
Tapi semua kerja kerasnya memang membuahkan hasil. AAC menjadi box office dan hingga akhir Maret ini, kabarnya film AAC telah ditonton sekitar 3 juta orang termasuk Presiden SBY dan para petinggi negeri ini.
Terlepas dari komentar para kritikus film dan mereka yang kecewa karena membandingkan film ini dengan novel aslinya, film AAC boleh jadi menjadi suguhan alternatif. Apalagi selama ini masyarakat kurang bisa memilih karena jarangnya film bagus yang mengangkat nilai-nilai religi di dalamnya.

26 March 2008

Selamat Ulang Tahun, Cantik...


Tanggal 20 Maret lalu adik Shaki genap berusia dua tahun. Sedianya kami ingin merayakan ultah adik di pantai bersama dengan saudara-saudara dan beberapa teman dekat. Tapi ternyata sejak pagi, cuaca di Batam tidak bersahabat. Langit mendung dan angin laut yang cukup kencang, menjadi alasan kami tak jadi pergi ke pantai. Apalagi banyak anak-anak yang ikut. Daripada nanti malah kacau, akhirnya diputuskan ultah adik dirayakan sederhana saja di rumah.
Nasi kuning, tahu kecrot (yang ini khas Purwokerto dan menjadi menu favorit ayah), ayam dan ikan bakar, kami nikmati bareng-bareng. Sebenarnya kakak Naomi agak kecewa juga karena jauh hari ia sudah membayangkan berenang di pantai bareng adik dan para sepupunya. Apalagi ternyata kamera di rumah ngadat dan tak bisa dipakai. Hmmm...lengkap sudah "penderitaan" ini. Toh kami berusaha agar hal-hal tersebut tak mengurangi kebahagiaan kami bisa melihat adik tumbuh lucu dan sehat hingga dua tahun ini. Semoga Allah SWT selalu melindungimu ya, Nak. Melimpahi rahmat, rezeki, ridho, kesehatan, kebahagian dan keberkahan-Nya. Selamat ulang tahun, Cantik! Semoga panjang umur dan sehat selama-lamanya.Amien.(*)

18 March 2008

Cukur ala Batok Kelapa


Sudah berapa hari ini, rambut adik yang sudah terlihat panjang hingga poninya hampir menyentuh mata, membuat kak Elis (yang bantu di rumah) merasa risi. Beberapa kali dia memang sudah meminta Mama agar memotong sedikit bagian poni adik agar dia tidak merasa terganggu.
"Kasihan Bu, adik suka kedip-kedip gitu soalnya rambut poni dia udah hampir masuk ke mata,"cetusnya beberapa hari lalu.
Sayangnya untuk urusan sepele seperti itu, Mama justru sering lupa dan biasanya baru teringat justru tiap adik telah siap mandi. Dan entah karena merasa aspirasinya tidak didengarkan, kak Elis akhirnya nekat memotong sendiri rambut poni adik. Dan hasilnya...rambut poni gaya batok kelapa (O..iya, foto ini diambil beberapa bulan lalu saat adik juga bergaya poni ala batok kelapa. Cuma yang sekarang lebih parah karena kependekan. Yang tengah adalah si Naya, keponakan yang bingung panggil Ayah dan Mama dengan sebutan kakek dan nenek. Lha..kakek dan nenek kok masih muda ya...he...he).
Ayah sudah pasti langsung protes melihat poni baru adik.
"Kok gitu sih motongnya. Kasihan kan adik jadi nggak keliatan cantik lagi. Siapa yang motong?"tanya Ayah sepulang kerja.
Potongan rambut gaya batok kelapa ini memang sudah beberapa kali dialami adik. Biasanya sih bukan karena sengaja, tapi karena adik selalu bergerak-gerak tiap dipotong poninya dan terkadang juga meronta-ronta. Jadi begitulah hasilnya.
By the way...gaya rambut batok kelapa ini pernah jadi tren sewaktu Mama masih kecil dulu lho. Yang jadi trendsetternya Adi Bing Slamet dan mungkin saja model seperti itu akan in lagi secara model ini kadang bikin wajah anak justru makin terlihat innocent dan lucu. Ya nggak?(*)

12 March 2008

Maafkan Mama, Nak...


"Kalau Mama nggak kerja dan tetap di rumah, enak ya, Dik,"kata Naomi, anak sulungku pada adiknya beberapa waktu lalu. Saat itu aku memang bersiap pergi ke kantor. Waktunya memang hampir bersamaan dengan kepulangan dia dari sekolah.
Ini sudah kesekian kalinya, Naomi memintaku berhenti bekerja dengan cara halus. Di beberapa lembar buku diary miliknya (yang sengaja aku beli agar dia bisa mencurahkan isi hatinya), ia bahkan selalu menulis bahwa ia ingin bisa belajar tiap malam bersama Mamanya seperti teman-temannya yang lain. Ia juga ingin dibacakan cerita-cerita menjelang tidur seperti waktu kecil dulu. Sedih tiap aku membacanya.
Tapi pekerjaanku sebagai seorang editor di sebuah media cetak lokal di Batam memang membuatku tak memiliki banyak waktu bersama dua anak perempuanku di malam hari. Paling cepat aku baru sampai rumah sekitar pukul sepuluh tiap malam dan biasanya mereka berdua sudah tidur pulas.
Itu sebabnya tiap pagi dan siang hari, aku selalu berusaha menghabiskan waktuku di rumah bersama mereka, termasuk membantu mengerjakan pekerjaan rumah Naomi dari bu gurunya.
Tapi ternyata bagi Naomi, itu belum cukup. Mungkin aku masih dianggapnya tak menyisihkan cukup waktu untuk bercengkrama dengan mereka berdua.
Maafkan Mama, Nak! Kalaupun hingga hari ini Mama masih tetap bekerja, bukan karena Mama tak sayang pada kalian.
Mama dan Ayah ingin memiliki tabungan yang banyak agar kelak kamu dan adikmu bisa bersekolah setinggi mungkin tanpa terhalang sebuah "kerikil" bernama uang.
Mama ingin kamu dan adikmu bisa menggapai cita-cita dan menjadi orang berguna tanpa terhalang oleh "sesuatu" bernama biaya.
Percayalah bahwa apa yang kami lakukan saat ini adalah untuk kebaikan kalian. Tanpa perlu diungkapkan, Mama selalu menyayangi kalian berdua melebihi sayang Mama pada siapapun di dunia ini.(*)

11 March 2008

Akhirnya Tari dan Anggun Menikah...



Hari Sabtu lalu (8/3),menjadi hari spesial bagi kami yang bekerja di Tribun Batam. Hari itu dua orang karyawannya (yang satu sudah mantan sekarang), yakni Tari dan Anggun menikah.
Bagi kami, inilah pertama kali dua orang teman di satu ruangan berjodoh dan jadi prestasi tersendiri. (ha..ha..ha). Soalnya jauh hari, para pimpinan dari pusat sudah memberi warning agar jangan sekali-kali berburu di "kebun binatang":
"Karena salah satu dari kalian harus keluar. Perusahaan tidak memberi ruang bagi suami istri atau kakak adik bekerja di kantor yang sama!" Begitu kira-kira peringatan dari pimpinan ketika dulu kantor ini mulai beroperasi.
Tapi namanya cinta, pak. Siapa bisa menolak rasa itu? Nyatanya, tak cuma Tari dan Anggun yang menjalin hubungan spesial di "kebun binatang" kami. Beberapa teman, meski ada juga yang tak berani berterus terang, berharap bertemu belahan jiwanya di kantor ini.
Yah...siapa yang bisa menjamin cinta tak akan tumbuh di antara teman yang sudah bertahun-tahun bersama dalam suka dan duka. Benar agaknya pepatah dari tanah kelahiran tercinta bahwa witing tresno jalaran seko kulino. Benih cinta tumbuh karena biasa bertemu. Tari dan Anggun jadi contohnya.
Tari yang duduk dipojok selatan di dereten meja wartawan dan anggun yang duduk di pojok utara di deretan meja editor dan layout, bisa bertemu karena cinta!
Siapa lagi menyusul setelah ini, agar Tribun-Tribun yunior makin banyak bermunculan!

06 March 2008

Ketemu Blogger Wonosobo


Sudah seminggu ini, Mama berhasil menemukan beberapa blogger dari kota Wonosobo. Hmmm...benar-benar bisa menjadi obat kangen. Apalagi sejumlah blog tersebut memuat foto-foto kota Wonosobo tempoe doeloe dan sekarang.
Meski Wonosobo kini sudah mulai berubah, kenangan indah tentang kota kecil ini pasti selalu ada di benak siapapun yang pernah tinggal di kota tersebut.
Apalagi ternyata, ada seorang blogger bernama Oka, yang ternyata satu alumni dengan Mama di SMA 2 alias Smada Wonosobo. Walau beda generasi, tapi cerita Oka tentang guru-guru dan tentu saja warung Mbok Iro, membuat kenangan waktu SMA dulu langsung berkelebat di benak Mama. Secara, warung Mbok Iro yang ada di halaman belakang sekolah memang menjadi tempat strategis untuk "ngumpet" pas jam sekolah. Menu yang paling Mama ingat sih, bakmi goreng siram bumbu pecel. Wuih...enak tenan. Apalagi kalau ditambah geblek atau tempe kemul yang gedhenya pas untuk nimpuk orang.
Kisah lain yang langsung ingat, jaman naksir kakak kelas yang ada di Kelas 3A1 yang tampangnya mirip Hilman Hariwijaya (ha..ha..ha). Hilman ini memang idola Mama dari SMP dulu.Saking senengnya sama pria gondrong ini, Mama sempat mengganti nama di semua buku catatan dan biodata teman dengan sebutan Peni Hariwijaya. Halah...
Tapi kisah lain yang tak terlupakan, sudah pasti kenangan bersama dengan para guru. Pak Amiyanto, pak karim, bu Susi, bu Yayuk, Bu Tri, Bu Nanik, Bu Kusrini, pak Wijonarko, pak Heni. (Jadi ingat pak Heni nih. Dulu kalau beliau membagi kertas hasil ulangan bahasa Prancis milik Mama, pasti di bagian bawah kertas sebelah kanan tercantum kata-kata romantis seperti saving all my love for you, one moment in time, dsb-nya. Maksudnya apa ya? Tapi yang mencurigakan sih karena di raport, Mama diberi nilai 9 oleh beliau. Padahal sumpah, Mama babar blas nggak ngerti bahasa Prancis. Taunya cuma je t'aime dan bon soir, bonjour. Ha...ha..ha.
Ada juga pak Wijonarko alias pak Wijan, yang nggak pernah memberi nilai di atas 7 untuk mata pelajaran Bahasa Indonesia. Gara-garanya beliau selalu curiga, hasil karangan dan tulisan Mama termasuk yang pernah dimuat di koran-koran daerah pada waktu itu, adalah jiplakan tulisan orang. Untungnya ada bu Sri, guru Sosiologi yang percaya kalau Mama memang punya sedikit bakat dalam bidang tulis menulis.
Tapi walaupun ada juga kisah sedih waktu kelas dua (gara-gara anak mantan camat yang sok playboy itu), masa-masa di SMADA sudah pasti nggak bakal terlupakan!
Apalagi teman-teman satu gank dulu, Ephi, Ifa, Empink, Hastin...selalu menjadi teman yang menyenangkan. Duh jadi kangen mereka. Dimanakah kalian kini?(*)

05 March 2008

Foto Zaman Baheula




Mungkin orang yang kini mengenal ayah, tidak membayangkan bahwa dahulu ayah memiliki bentuk tubuh yang sangat tidak ideal (ups...sorry honey). Tinggi tapi juga kurus cenderung kerempeng. Hmm...
Saking kurusnya, mungkin saja dulu ada yang pernah menyebut ayah mirip tiang listrik. (hi...hi..hi). Tapi untung hal itu tidak terjadi hingga sekarang. Setelah bertahun-tahun kemudian (tepatnya setelah menikah), tubuh ayah mulai berevolusi dan bahkan sempat merasa kegemukan.
Foto-foto berikut, bisa sedikit menggambarkan seperti apa Ayah yang dulu dan sekarang.
Foto paling kiri, diambil Juli 1990 atau sekitar 18 tahun lalu.
Foto tengah, ayah (celana hitam di tengah) dan teman-temannya saat di Singapura tahun 1994 atau 14 tahun lalu,
Foto kanan diambil Kakak Naomi akhir tahun 2007 lalu.
Nah jelas terlihat perbedaannya kan, antara yang kurang gizi dan kelebihan gizi. Ha..ha..ha (maaf ya mbah Siti!)