23 December 2008

Kok Tambah Bandel Ya?


"Apa kau?"...kata-kata itu kini makin sering meluncur dari mulut mungil adik Shaki, terutama jika ia sedang jengkel, ngambek, marah dan sebagainya. Siapa saja bisa menjadi sasaran ungkapan tersebut termasuk ayah dan mama.
Tak jarang kami harus sedikit "keras" memperingatkan adik agar tak lagi mengucapkan kata-kata itu. Tapi tetap saja kata-kata itu menjadi senjata andalan tiap kali ia merasa jengkel.
Selain fasih dengan kata-kata itu, kebiasaan adik yang suka melempar barang atau bahkan memukul Kakak Naomi juga makin sering dilakukannya. Apa karena akan punya adik baru hingga dia sering bertingkah berlebihan semacam ini? Barangkali saja. Secara psikologis, adik tahu bahwa sebentar lagi ada anggota baru yang pasti akan menjadi pusat perhatian keluarga. Dan dia yang selama ini terlanjur menjadi pusat perhatian kami, mau tak mau harus bergeser "kedudukannya" dan digantikan oleh sang adik yang beberapa bulan lagi insya Allah akan lahir. Apalagi jika nanti adiknya cowok (ehm...insya Allah), ayah sudah pasti memberi banyak perhatian secara dari dulu ayah sangat mengharap anak laki-laki.
Nah...kalau sudah begini bagaimana? "Ya dinikmati saja kenakalannya. Toh kalau sudah besar nanti juga sembuh sendiri!"
Yah...benar juga!. Bukankah kenakalannya seperti yang saat ini sering ditunjukkan kepada kami, justru menjadi kelucuan tersendiri yang semestinya kami nikmati sebelum dua beranjak besar? Yang penting, adik tetap menggemaskan dan tak nakal lagi setelah besar nanti.(***)

27 October 2008

Mual banget...Tolooong!

Dibanding kehamilan saya sebelumnya, kehamilan kali ini memang terasa lebih berat. Mungkin karena ini sudah ketiga kalinya dan ditambah dengan faktor usia yang sudah makin menua, rasa-rasanya semua terasa lebih berat. Belum lagi perasaan mual yang selalu saya alami tiap saya hamil.
Sudah coba ditahan-tahan, tetap saja minta ampun rasanya. Kemarin malah sempat cuti lima hari dan di rumah praktis cuma tiduran sambil main-main dengan Shaki. Untungnya Kak Naomi sudah bisa bantu-bantu meski sedikit. Minimal pekerjaan cuci piring, angkat jemuran, beresin tempat tidur, sudah berkurang. Maklum kami memang belum ada pembantu. Sejak pembantu lama tak balik ke rumah meski telah ditransfer uang, ada perasaan sedikit trauma menerima kehadiran orang lain di rumah. Meski sebenarnya kami sangat membutuhkan dalam kondisi saya seperti sekarang dan nanti, tapi kami memang belum sungguh-sungguh mencari.
Kembali ke soal mual, meski sudah berpengalaman, tetap saja saya penasaran mencari-cari tips khusus di internet untuk mengurangi derita morning sickness seperti yang saya alami.
Dan mungkin untuk sekadar berbagi dengan semua saja yang sedang merasakan seperti yang saya alami, sedikit tips di bawah ini barangkali saja bisa membantu:

* Makan dalam jumlah sedikit tapi sering, jangan makan dalam jumlah atau porsi besar hanya akan membuat anda bertambah mual. Berusahalah makan sewaktu anda dapat makan, dengan porsi kecil tapi sering.

* Makan makanan yang tinggi karbohidrat dan protein yang dapat untuk membantu mengatasi rasa mual anda. Banyak mengkonsumsi buah dan sayuran dan makanan yang tinggi karbohidrat seperti roti, kentang, biscuit, dll

* Di pagi hari sewaktu bangun tidur jangan langsung terburu-buru terbangun, cobalah duduk dahulu dan baru perlahan berdiri bangun. Bila anda merasa sangat mual ketika bangun tidur pagi siapkanlah snak atau biscuit didekat tempat tidur anda, dan anda dapat memakannya dahulu sebelum anda mencoba untuk berdiri.

* Hindari makanan yang berlemak, berminyak dan pedas yang akan memperburuk rasa mual anda.

* Minum yang cukup untuk menghindari dehidrasi akibat muntah. Minumlah air putih, ataupun juice. Hindari minuman yang mengandung kafein dan karbonat.

* Vitamin kehamilan kadang memperburuk rasa mual, tapi anda tetap memerlukan folat untuk kehamilan anda ini. Bila mual muntah sangat hebat, konsultasikan ke dokter anda sehingga dapat diberikan saran terbaik untuk vitamin yang akan anda konsumsi. Dan dokter anda mungkin akan memberikan obat untuk mual bila memang diperlukan.

* Vitamin B 6 efektif untuk mengurangi rasa mual pada ibu hamil. Sebaiknya Konsultasikan dahulu dengan dokter anda untuk pemakaiannya.

* Pengobatan Tradisional : Biasanya orang menggunakan jahe dalam mengurangi rasa mual pada berbagai pengobatan tradisional. Penelitian di Australia menyatakan bahwa jahe dapat digunakan sebagai obat tradisional untuk mengatasi rasa mual dan aman untuk ibu dan bayi. Pada beberapa wanita hamil ada yang mengkonsumsi jahe segar atau permen jahe untuk menbantu mengatasi rasa mualnya.

* Istirahat dan relax akan sangat membantu anda mengatasi rasa mual muntah. Karena bila anda stress hanya akan memperburuk rasa mual anda. . Ambilan waktu untuk anda! cobalah beristirahat yang cukup dan santai, dengarkan musik, membaca buku bayi atau majalah kesayangan anda dll.(***)

22 September 2008

Menunggu...


Sudah beberapa hari belakangan ini, Kak Naomi dan Adik Shaki makin rajin nongkrongi BabyTV. Sebenarnya bukan acara tertentu yang mereka tunggu, tapi penayangan jeda klip Hokey Pokey yang menampilkan potongan gambar anak-anak dari seluruh dunia, yang dikirimkan ke redaksi BabyTV oleh orangtuanya.
Potongan kepala si anak tersebut akan ditampilkan bersama animasi made in BabyTV dan penayangannya diiringi dengan lagu berjudul Hokey Pokey yang liriknya seperti ini:
You put your right foot in, You put your right foot out, You put your right foot in,
And you shake it all about. You do the Hokey-Pokey, And you turn yourself around. That's what it's all about!

Kebetulan sudah beberapa hari ini Mama memang mengirim klip bergambar adik Shaki ke BabyTV dengan harapan bisa ditayangkan.
Tapi sudah hampir dua minggu, mereka berdua menunggu dan klip adik belum juga nongol. Kakak sempat putus asa, tapi Mama bilang, klip adik mungkin saja masih harus antri karena jutaan orang dari seluruh dunia juga mengirim klip anak-nya seperti yang dilakukan Mama. Jadi sabar ya nak..!(*)

13 August 2008

B2W Goes to Lapas Barelang



Minggu 3 Agustus lalu, Ayah bersama teman-teman dari komunitas Bike to Work (B2W) Batam melakukan aksi sosial dengan mengunjungi Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Barelang. Selain bersepeda bersama-sama, komunitas B2W memang mulai concern melakukan berbagai aksi yang sifatnya lebih nyata dan memberi manfaat untuk orang lain.
Selain aksi peduli penghijauan, sebelumnya mereka juga ikut aktif melakukan kampanye pencegahan flu burung. Minggu lalu, B2W juga menjadi tim pendamping para peserta lomba Citramas 10 K yang merupakan even tahunan tiap bulan Agustus.
Karena agenda yang makin banyak itu, tiap Minggu pagi Ayah selalu menghabiskan waktunya bersama dengan teman-temannya di komunitas B2W.
So far sih ok, paling protes datang dari kak Naomi yang merasa sekarang tidak bisa lagi leluasa mengajak Ayah jalan-jalan atau bersepeda tiap hari Minggu pagi. Soalnya sebelum ayah ikut berpartisipasi di B2W, kami biasa menghabiskan hari Minggu pagi di pasar Mega Legenda. Selain untuk berbelanja kebutuhan sehari-hari (karena letaknya yang dekat dengan rumah), seringnya kami juga mencari sarapan di tempat itu. Kebetulan ada menu kesukaan Naomi yakni Roti Prata (masakan India nih) sehingga bagi Naomi, Minggu pagi memang menjadi hari yang pasti dia tunggu-tunggu.
Tapi ya ngga papa ya Nduk...biar Ayah olah raga dulu tiap Minggu pagi. Kan masih ada Mama juga yang bisa menemani kamu menikmati roti Prata kesukaan kamu itu.
Kalau Ayah tetap sehat dan bugar, kita juga to yang senang?(*)

07 August 2008

Fun Bike Seorang Diri





Fun bike yang digelar PT Shimano Batam (tempat Ayah bekerja) memang sudah beberapa kali diadakan. Tahun inipun moment kebersamaan para karyawan tersebut digelar lagi dan seperti biasa Kakak Naomi ikut ambil bagian. Tapi inilah pertama kali Kakak ikut berkeliling di kawasan Batamindo sendirian (maksudnya nggak ditemani Ayah atau Mama, melainkan bersama rombongan peserta yang sebagian belum dikenalnya dengan cukup baik). Pasalnya Ayah harus tetap berada di panggung dan Mama harus menjaga adik Shakila. Mau nggak mau Kakak "dititipkan" pada teman-teman Ayah.
Meski mengaku capek, tapi kelihatannya Kakak tetap enjoy. Padahal rute yang ditempuh lumayan jauh untuk ukuran anak sebesar dia dan dia tidak lagi dikawal Ayah seperti tahun sebelumnya. Tapi biar sajalah...mulai dari sekarang kami memang tak boleh lagi terlalu memanjakan dia. Sudah saatnya Naomi harus belajar mandiri dan berani menghadapi situasi tertentu, termasuk saat ia harus sendiri memutuskan sesuatu. Bukankah kelak dia juga akan menghadapi hal yang sama saat ia telah tumbuh dewasa?(*)

06 August 2008

Ditinggal Tiga Hari Aja Begini ...





Ini pemandangan yang langsung saya temui di dalam rumah setelah tiga hari saya tinggal pergi. Baju bersih dan kotor yang tercampur dan berserakan hingga ke ruang tamu, di atas kulkas, di ruang keluarga bahkan di atas meja makan. Wouww...
Memang sih Ayah juga pasti tidak bisa menghandle semuanya secara kami memang tidak ada pembantu sekarang. Harus berangkat kerja jam 6.30 dan mampir dulu nitipin adik Shaki dan kakak Naomi di rumah Mama Husna.
Pulangnya sekitar pukul 17.30 dan harus menjemput adik dan kakak dulu. Setelah itu baru masuk rumah (kasihan ayah...). Malamnya masih harus menyiapkan susu lengkap dengan botol-botol yang telah diisi air dan keperluan adik lainnya seperti dryper dan celana ganti. Adik Shaki memang masih bangun malam (biasanya dua kali) untuk minum susu dan ganti dryper. Selain itu juga masih harus membantu menyiapkan baju dan keperluan kakak Naomi karena memang dia belum mandiri sepenuhnya.
Paginya Ayah harus bikin sarapan untuk adik dan kakak sebelum bersiap berangkat kerja. Jadi maklumlah kalau suasana rumah jadi mirip kapal yang habis dibom. Nggak percaya? Nih lihat foto-fotonya...

Malaysia...Negeri yang Terus Berbenah



Setelah lama tidak pernah mendapat giliran tugas ke luar, selama tiga hari kantor menunjuk saya untuk memenuhi undangan dari Batamindo Investment Cakrawala (BIC) mengunjungi proyek prestisius Pemerintah Malaysia yakni Iskandar Regional Development atau Iskandar Malaysia.
Awalnya agak sedikit berat, apalagi anak-anak selama ini tidak pernah saya tinggal hingga berhari-hari. Apalagi pembantu juga belum ada, jadi lengkaplah rasa "berat" yang menggelayuti saya saat memutuskan berangkat. Tapi karena ini tugas, mau tidak mau harus dilaksanakan dengan segala konsekwensinya (Nyatanya saya memang tidak bisa menikmati perjalanan sepenuhnya karena selalu teringat anak-anak dan ...ayahnya juga pasti. He...he...he).
Selain mengunjungi Iskandar Malaysia (yang ternyata bakal menjadi pesaing Batam di masa depan), saya dan teman-teman dari beberapa media lokal di Batam juga mengunjungi Afamosa Resort Malaysia di Melaka. Sebenarnya tidak ada yang terlalu istimewa di resort ini jika dibandingkan dengan tempat-tempat rekreasi lain terutama di Singapura atau mungkin Thailand. Tapi karena saya membandingkan dengan Batam, Afamosa menjadi terasa lebih istimewa sebagai tempat berlibur bagi keluarga.
Padahal kalau saja mau, ada beberapa tempat berlibur di Batam yang mungkin bisa disulap lebih "cantik" dan menarik sehingga bisa menjadi tempat wisata andalan di Batam.
Yang jelas sih, selama berada di Afamosa Resort, tidak ada perasaan lain yang saya rasakan selain makin kangen dengan anak-anak. Membayangkan mereka ada bersama saya saat itu, justru membuat saya makin ingin cepat pulang ke Batam.(***)

07 July 2008

Gabriel Harus Pulang...


Sejak beberapa bulan belakangan ini tiap Minggu siang, kami sekeluarga betah "nongkrongin" televisi. Bukan untuk melihat tayangan berita atau film-film box office, melainkan untuk melihat penampilan seorang bocah asal Batam bernama Gabriel Steven Damanik.
Awalnya kami tak terlalu "ngeh" dan bahkan sedikit apriori menyaksikan tayangan tersebut. Mungkin karena acara bertajuk Pentas Idola Cilik tersebut menampilkan bocah-bocah yang "harus" membawakan lagu-lagu orang dewasa. Tak jarang lagu-lagu bernafaskan percintaan yang sebenarnya belum pas dinyanyikan, terpaksa harus mereka nyanyikan karena tuntutan "skenario" dari pemilik acara.
Tapi pesona Gabriel, tepatnya karena ia berasal dari Batam, kami mulai tertarik melihat sepak terjang bocah berwajah imut tersebut. Terlebih ketika Gabriel ternyata mampu masuk 10 besar.
Suara khas dan gayanya yang cukup eksentrik namun tidak menghilangkan sikap santun, agaknya membuat Gabriel berhasil mencuri "perhatian" masyarakat Kepulauan Riau. Tak urung pak Gubernur pun meminta dukungan masyarakat Kepri untuk mendukung Gabriel lewat iklan di beberapa media cetak di Batam. Beberapa kali para pejabat di Batam juga meluangkan waktu untuk menerima kedatangan Gabriel dan memberi support kepadanya. Bahkan Otorita Batam menjanjikan sebuah rumah untuk keluarga Gabriel jika ia berhasil masuk lima besar. Kenyataannya Gabriel memang berhasil menembusnya. Sayang memasuki babak tiga besar, langkah Gabriel harus terhenti. Ia kalah tipis 0,2 persen dengan saingannya Angel dan menempatkannya di posisi ketiga. Gabriel pun harus pulang ke Batam. Tapi bagi sebagian masyarakat, perjuangan Gabriel tersebut tetap saja mengagumkan. Meski datang dari daerah, ia bisa membuktikan bahwa di daerahpun potensi-potensi mengagumkan seperti dirinya ternyata ada dan tak bisa disepelekan.(*)

Foto :Gabriel ketika bertemu Ketua DPRD KOta Batam (by Tribun Photografer)

18 June 2008

In the Night Garden...


Ini judul serial anak-anak yang diputar Kids Central, salah satu stasiun televisi Singapura. Sejak mulai diputar sebulan belakangan ini tiap jam 8 pagi (weekdays), adik Shaki langsung jatuh hati pada para tokoh di serial berdurasi 30 menit ini. Ada Upsy Daisy si gadis centil, Makka Pakka dengan sepeda mungilnya, Haahoos si bantal lucu raksasa, trio Tumbliboos, Igglepiggle yang selalu membawa selimut merahnya, Ninky Nonk si kereta api, Pinky Ponk si balon udara, Pontipines dan Wottingers.
Serial produksi BBC London ini memang diperuntukkan untuk anak-anak pre school sehingga lebih banyak berisi adegan gerak dan gaya. Misalnya gaya yang diperlihatkan si boneka cokelat Makka Pakka yang senang sekali membersihkan batu-batuan atau apapun yang ia temui agar semua terlihat rapi. Atau adegan Upsy Daisy yang berteman akrab dengan Igglepiggle dan selalu bermain bersama di kebun yang hijau.
Setiap pagi sehabis mandi, adik selalu bersiap di depan televisi sambil menanti aksi para penghuni In the Night Garden. Dan biasanya saat seperti inilah saat yang tepat untuk menyuapi adik yang belakangan sudah mulai susah makan. Sambil sesekali mengikuti gaya mereka entah itu menari, jalan atau lompat-lompat('kali jadi mirip orang gila yah...ha...ha), adik biasanya nggak sadar bisa dapat suapan cukup banyak. Alhamdulillah. Moga-moga serialnya diputar agak lama sehingga sarapan adik tetap bisa menyenangkan.(***)

04 June 2008

I Miss Them...



Akhirnya sampai juga kiriman foto jadoel dari Bunda Nea. Foto-foto bersama saudara dan para sepupu ini, seingat Mama sih diambil pas lagi seru-serunya Agustusan di Prajuritan Atas Wonosobo. Hmm...kira -kira diambil tahun 1981 atau 1982-an. Pokoknya tahun-tahun dimana kamera masih menjadi barang yang belum familiar buat kita lah.
Foto atas yang paling kiri berbaju kembang-kembang merah adalah Riyani, anak bungsunya Mak-e, kakaknya ibu. O..ya, dari kecil, kami sudah terbiasa "dipelihara" Mak-e, terutama untuk urusan makan dan mandi. Kalau sesuai istilah dan silsilah kekeluargaan, kami harusnya memanggil Mak-e dengan sebutan Bu Dhe, tapi mungkin karena kami juga sudah diurus seperti anaknya sendiri, kami memanggilnya Mak-e yang berarti emak atau ibu.
Sebelah Riyani, sapa ya (he..he..he). Tapi rambut keritingnya itu bukan asli lho alias korban uji coba salon Bulik Wiwin. Alasan dikriting sih, katanya biar rambutnya keliatan kembang dan banyak (nah loh...yang ada malah jadi kemerahan gitu seperti rambut jagung).
Nah yang krucil kecil bergaya tarzan itu adalah Bunda Nea (hi..hi giginya itu lho). Pokoknya kemanapun kami pergi, dia pasti ngintil. (tapi kalau dilihat-lihat kok wajahnya jadi mirip adik Shakila ya). Sebelahnya adalah Ita, anaknya Bulik Yul (adiknya Ibu), sebelahnya lagi om Amin (adik Mama nomor dua). Nah yang kejempet kecil pakai baju coklat adalah Aan (anaknya Paklik Yanto, adiknya ibu juga). Di dekat Aan, yang giginya kayak kelinci dan senang banget sama si Unyil adalah Abah Yanuar (adiknya Mama persis). Lihat rambutnya, mirip Adi Bing Slamet pas masih kecil kan?
Sebelah yang kecil pakai celana merah dan ompong adalah Nanung, anaknya Bulik Tri (adiknya ibu yang nomor dua). Nah yang paling ujung adalah Santo, kakaknya Riyani.
Kalau foto yang di bawahnya, ini diambil oleh fotografer keliling yang dibooking untuk sesi pemotretan keluarga (cieee..). Tapi ya itu, karena sekelas foto keliling kampung, si bapaknya ini nggak pernah memberi aba-aba pada kami untuk berekspresi. Misalnya: ayo dik..semuanya teriak Cheerssss! Yang ada malah jeprat jepret menghasiskan roll film. Maka liat saja aksinya Om Amin (yang duduk di vespa belakang). Kayak lagi nahan mau pup. Ha...ha. Atau gaya galak gadis berbaju biru (sopo tho kuwi) yang tegang seperti sedang melihat maling ayam.
Tapi whatever...seeing this pictures, I miss them and my past so much...!(***)

28 May 2008

Kepedihan itu Kini Bernama Pernikahan...


Kau membuat ku berantakan...kau membuat ku tak karuan
Kau membuat ku tak berdaya...kau menolakku acuhkan diriku
Bagaimana caranya untuk...meruntuhkan kerasnya hatimu
Ku sadari ku tak sempurna...ku tak seperti yang kau inginkan
Kau hancurkan aku dengan sikapmu...tak sadarkah kau telah menyakitiku
Lelah hati ini meyakinkanmu...cinta ini membunuhku
Bagaimana caranya untuk...meruntuhkan kerasnya hatimu
Ku sadari ku tak sempurna...ku tak seperti yang kau inginkan...


Lagu dari D'Masiv yang selalu diputar teman-temanku di kantor, kini makin terasa miris di telingaku setelah seorang teman, yang sebelumnya aku kenal sebagai wanita tangguh dengan sense of fight yang luar biasa dalam hidupnya, harus mengalami kerapuhan dalam pernikahannya.
Kesabaran dan toleransi pada sang suami yang selalu ia jaga hingga sebelas tahun usia perkawinan mereka, kini luluh oleh batas kesabarannya yang telah habis.
"Aku lelah...capek. Rasanya tak kuat lagi harus mempertahankan semua ini,"ujarnya parau dengan linangan air mata yang deras.
Aku hanya terpekur mendengarnya. Sesekali kukatakan bahwa ia sebaiknya bersabar karena mungkin Allah SWT tengah memberinya ujian.
"Aku cuma ingin satu hal, suamiku berubah menjadi lebih baik dari sebelumnya. Tapi percuma. Aku nggak kuat lagi,"tuturnya sendu.
Dengan terbata-bata dan sesekali harus mengusap air mata yang jatuh di pipinya, ia bercerita bahwa kekuatan cinta yang selama ini ia rasakan harus runtuh perlahan-lahan karena sikap suaminya yang seolah tak mau peduli dengan persoalan yang dihadapi mereka dari hari ke hari.
"Apa salahnya dia sedikit mengerti dan mengalah. Jangan egois dan mengejar impiannya yang memang nggak sanggup dia wujudkan kalau hanya membuat anak istrinya menderita,"keluhnya lagi.
Wajah putihnya yang biasanya selalu berseri dan optimis, samar kulihat karena kepedihan hati yang telah dipendam lama. Benarkah semua itu karena semata keegoisan suaminya sehingga untuk mempertahankan pernikahan mereka pun kini terasa sangat berat? Ataukah karena memang pernikahan yang telah memasuki usia sepuluh tahun selalu membawa hal yang terkadang terasa menyesakkan bagi seorang wanita? Mungkin saja.
Meski tak seberat yang dia rasakan, harus aku akui ada banyak perubahan juga yang aku alami dalam pernikahanku yang kini menginjak usia kesepuluh. Tentang sikap kami dalam memandang sebuah persoalan, perbedaan yang kadang menjadi pemicu pertengkaran kecil, rasa takut tak mampu memberikan kebahagiaan, sikap suami yang tak semesra dulu, dan perasaan-perasaan lain yang terkadang muncul secara tiba-tiba.
Benarkah mereka yang tak mampu mempertahankan pernikahan mereka sendiri, karena salah satu pihak tak mau berkompromi pada pasangannya dan membiarkan perasaan-perasaan itu berkembang menjadi sebuah kepedihan? Entahlah...!(***)

23 May 2008

Ampun Dah PLN!!!


Setelah baju yang belum siap disetrika sudah menumpuk dua keranjang besar (maklum lagi gak ada pembantu), Mama memang berencana menyetrika barang 1/2 atau 1 keranjang dulu. Apalagi hari ini memang nggak ada agenda mencuci dan memasak sehingga masih ada sedikit waktu sebelum berbenah berangkat ke kantor. Tapi eehhh...baru dapat dua baju (itu juga baju adik yang kecil-kecil), tiba-tiba...pettt! Listrik padam. Wadoouuww! Padahal sudah niat banget mau menyetrika setelah tumpukan baju bersih di lemari semakin menipis.
Yang bikin dongkol sih, jadwal pemadaman yang dibuat PLN dan diberitakan di koran, tidak sesuai dengan kenyataannya. Kita sudah bersiap-siap, ternyata listrik tak mati dan menganggap semua akan baik-baik saja. Tapi baru mulai berprasangka baik, eh...mak pet! Mati lagi. Ampun dah!
Takutnya sih, kedongkolan semua orang di Batam sudah nggak bisa ditahan dan ramai-ramai mereka membuat satu perhitungan sendiri yang merugikan PT PLN Batam. Ini nggak mengada-ada lho. Kebetulan di koran tempat Mama bekerja, ada satu halaman yang disediakan untuk menampung curahan hati masyarakat terutama seputar layanan publik yang mereka terima. Tiap hari, pasti ada puluhan SMS yang ditujukan ke PT PLN Batam. Semuanya berisi keluhan mereka tentang pemadaman listrik yang berkepanjangan hingga saat ini. Terutama mereka yang menggantungkan penghasilannya untuk menghidupi keluarga dari listrik.
Jadi kepada para pimpinan PT PLN Batam, monggo...pikirkan dampak yang terjadi akibat pemadaman bergilir yang berkepanjangan dan entah sampai kapan tersebut. Tolonglah ambil keputusan terbaik agar Batam kembali "menyenangkan" seperti dulu.
Kasian to pak/bu...ibu-ibu tiap siang dan malam harus ngipasi anaknya yang sedang tidur karena listrik mati, padahal pekerjaan yang harus mereka selesaikan masih banyak banget lho. Lha kalau nggak dikipasi anaknya nggak bisa tidur, wong Batam lagi panas banget je beberapa hari belakangan ini. Nggih to pak?(***)

*)foto by fotografer Tribun Batam
Suasana di sebuah pusat perbelanjaan yang tertangkap kamera saat listrik tiba-tiba padam. Kalau begini terus...lak investor bisa pergi dari Batam to ya? Lha kalau investor pada pergi, terus nasib Batam lima atau sepuluh tahun ke depan, jadi kayak apa ya?

17 May 2008

Lima Hari Tanpa Pembantu



Lima hari sudah kami "hidup" tanpa pembantu setelah Elis pulang ke kampungnya di Flores NTT Selasa pekan lalu. Meski Elis "cuma" pulang dua bulan dan akan kembali lagi bulan Juli nanti, tapi rasa-rasanya dua bulan itu akan terasa lebih panjang bagi kami. Terlebih seorang tetangga yang sebelumnya sempat bersedia menjaga adik dan kakak selama Elis pulang, mendadak membatalkan rencana tersebut karena kesibukan barunya sebagai pengajar Iqro di masjid.
Ada sebenarnya penitipan anak di dekat rumah, namun melihat sisi keamanan lokasi penitipan tersebut yang kurang maksimal, membuat kami ragu menitipkan adik di tempat tersebut.
Akhirnya diambil jalan keluar terbaik (menurut kami). Adik dan kakak ikut kerja (kebetulan Mama berangkat siang sekitar pukul 2 siang) dan setelah ayah pulang kerja (lebih kurang jam 5 sore), keduanya dijemput dari tempat kerja Mama.
Begitu selama lima hari ini. Entah nanti apakah kami sanggup melakukan hal itu selama dua bulan. Belum lagi pekerjaan rumah yang biasanya dikerjakan Elis, harus kami ambil alih juga. Tapi dari sekian hal yang membuat kami sedikit kerepotan adalah kebiasaan adik di malam hari. Biasanya tengah malam, adik yang biasa tidur dengan Elis, bangun untuk dibuatkan susu.
Semenjak Elis pulang, kebiasaan itu tetap berlanjut. Sayang tidak seperti biasanya, adik pasti nangis memanggil-manggil Elis meski susu sudah kami buat.
"Nggak au. Eyis..Eyis...bikin...susu,"kata dia sambil menangis terisak-isak dan membuat kami sedih.
Elispun sebenarnya tidak tega meninggalkan adik. Sempat dia meminta izin membawa adik selama dia pulang (lah...apa kata dunia kalau kami biarkan Elis membawanya!)
Sudah pasti kami keberatan. Elispun serasa berada di dua pilihan sulit. Di satu sisi sia harus pulang karena sudah dua tahun dia bekerja dengan kami, di sisi lain ia harus berpisah dengan adik. Itu sebabnya hari-hari terakhir akan pulang, diam-diam dia sering menangis memikirkan adik yang akan dia tinggalkan selama dua bulan.
"Nanti adik jangan dititip sama orang yang galak ya, Bu,"pesan dia saat kami berencana menitipkan dia pada seorang tetangga.
Kini masih sekitar 55 hari lagi Elis kembali ke Batam. Tapi satu hal yang kini kami rasakan, kami makin menghargai pekerjaan dia meski statusnya hanya sebagai pembantu rumah tangga.
Hikmah yang lain, kini kami sekeluarga makin sering bertemu. Ayah yang biasanya tak memiliki banyak waktu bersama adik dan kakak, merelakan sebagian waktunya selama dua bulan ini, untuk meringankan pekerjaan Mama menjaga buah hati kami.(***)

08 May 2008

Silahkan Mampir ke Sini...

Akhirnya selesai juga blog yang satu ini. Silahkan mampir di www.letiscooking.blogspot.com atau klik di "Teman" sebelah kiri itu. Ada tulisan Blog Masak Koe.
Semoga bisa memberi manfaat untuk yang membacanya, terutama ibu-ibu (seperti saya) yang kadang pusing sendiri memikirkan menu yang sehat dan enak untuk keluarga.
Jangan protes ya kalau nama blognya agak lucu. Tadinya saya ingin memberinya nama www.let'scooking.blogspot.com yang berarti ayo kita memasak, tapi ternyata tanda apostrophe di antara huruf, tidak diapprove. Harusnya sesuai kaidah sih namanya diganti www.letuscooking.blogspot.com. Tapi kok kedengarannya kurang "yummy" malah terkesan agak berbau iptek (maksudnya dekat-dekat istilah lotus gitu). Jadi pilihan jatuh ke namanya letiscooking yang lebih dekat dengan istilah "petis". Ha...ha..ha ayak-ayak wae. Tapi apapun namanya, silahkan lho mampir "di rumah" saya yang satunya lagi. Gratis kok...!(*)

Listrik Mati Melulu...Panas!

Sudah hampir sepuluh hari belakangan ini, masyarakat Batam dapat jatah giliran pemadaman listrik. Payahnya, nggak cuma sekali aja dalam sehari mati. Kadang pagi-pagi sekitar jam 7 (pas ibu-ibu lagi sibuk-sibuknya di rumah), listrik padam dan baru menyala lagi sekitar pukul 12 siang. Sore hari setelah Asar, sekitar pukul 3, listrik padam lagi sampai menjelang Maghrib. Makin bikin bete karena malam (kadang-kadang pas tengah malam), listrik mati lagi. Wah...seperti minum obat kan? Sehari tiga kali!
Katanya sih pemadaman bergilir ini terjadi karena adanya gangguan pasokan gas ke PT Pelayanan Listrik Nasional (PLN) Batam. Tapi masak sih, gangguan seperti itu kok dibiarin sampai berlarut-larut? Padahal sebagai sebuah perusahaan yang berstatus swasta murni, sudah seharusnya PLN punya komitmen untuk memberi yang terbaik bagi pelanggannya. Atau jangan-jangan ini hanya trik saja supaya masyarakat "menyerah" dan akhirnya mau menerima keputusan PT PLN untuk menaikkan tarif?
Lha mbuh ini. Tapi sudah pasti pemadaman yang hingga kini masih terus dilakukan, akan mematikan banyak sekali pengusaha-pengusaha kecil yang usahanya sangat bergantung pada listrik. Bisa dibayangkan to mereka yang menggantungkan hidupnya dari bisnis warnet, laundry, fotokopi, cuci cetak foto, jualan es jus, bisnis roti kecil-kecilan, dan sebagainya, terpaksa mengalami pengurangan omset karena listrik yang tidak bisa diandalkan seperti sekarang.
Atau yang paling repot para ibu-ibu rumah tangga yang masih punya anak kecil-kecil (ya seperti Mama juga!), harus rela mencuci dengan tangan setiap pagi, masak nasi dengan dandang yang nggak bisa ditinggal-tinggal dan tentu saja ngipasi anaknya pas mereka lagi tidur. (Bapaknya juga nggak ya? Hi..hi..hi).
Rasa-rasanya, hidup sudah makin susah gara-gara semua harga kebutuhan naik eh...masih ditambah listrik yang sering mati sehingga suasana makin panas!(*)

25 April 2008

Ratnaningsih yang tak Terlupakan



Gedung tua berlantai dua di kawasan Sagan Yogyakarta itu, sekilas meninggalkan kesan seram dan kumuh. Meski sebenarnya di dalam bangunan yang sudah berusia puluhan tahun, tinggal puluhan mahasiswi dari berbagai jurusan dan daerah yang berbeda, termasuk aku.
Bersama sekitar 90 orang, aku memang pernah tinggal di asrama putri bernama Ratnaningsih itu selama hampir dua tahun.
Jangan tanya, berapa banyak kenangan yang sudah aku ukir selama aku menjadi penghuninya karena memang teramat banyak. Meski awalnya aku sempat hampir patah arang menjalani tradisi "ritual" yang harus dilakukan calon penghuni baru di asrama tersebut.
Ya...tradisi buku putih! Lewat buku berukuran kecil itu, kami harus siap menjadi "manusia-manusia" tahan cobaan selama hampir tiga bulan.
Kami harus mendapatkan tanda tangan dari semua penghuni asrama. Satu persatu dengan cara mendatangi kamar mereka. Mengetuk pintu kamar, menyapa sopan sambil tetap berdiri di depan pintu yang tertutup, menunggu jawaban dari mereka apakah bersedia atau tidak kami temui. Jika tidak bersedia, jangan sekali-kali memaksa. Bisa berabe terkena "dampratan" mereka yang kadang terdengar tak manusiawi.
Kalau kebetulan ada yang berbaik hati mau menerima, jangan senang dulu. Sebab itu baru dimulai. Di dalam kamar, terutama jika penghuninya lagi bergerombol (ini yang palis apes), kami harus siap jadi bulan-bulanan. Ditanya dan disuruh-suruh melakukan sesuatu yang kadang terkesan mengada-ada.
Seperti itu harus kami lakukan selama lebih kurang tiga bulan.
Belum lagi tugas piket mingguan yang meliputi mengepel aula, ruang tamu dan kantor, mengatur uang makan selama sebulan untuk seluruh penghuni dan sekaligus membelanjakannya di pasar tradisional. Mungkin kalau jumlah uangnya agak banyak, tidak masalah bagi kami untuk mengatur menu yang bergizi.
Tapi dari sekian banyak aturan yang diterapkan calon penghuni, larangan untuk pulang selama masa orientasi, terasa berat. Apalagi untuk kami yang sudah biasa pulang tiap dua minggu atau sebulan sekali.
Puncak dari masa orientasi tersebut adalah malam pendadaran. Mirip dengan Opspek dimana semua penghuni asrama boleh "mengerjai" kami sepuasnya. Malah tidak dilarang membuat calon penghuni menangis atau bahkan histeris. Tapi, itu semua tentu saja adalah permainan. Sebab setelah masa pendadaran selesai, semua perasaan tertekan dan mungkin dendam pada penghuni lama, sirna. Yang tinggal adalah rasa pertemanan dan persahabatan yang tak akan terlupakan. Sampai kapanpun.(***)

*) untuk teman-teman penghuni asrama putri UGM Ratnaningsih, salam kangen. Dimanakah kini kalian?

21 April 2008

Ketemu pak Wawako




Foto-foto ini diambil saat ayah dan teman-temannya di Batam Bikers bersilaturahmi ke rumah wakil Walikota Batam, Bpk Ria Saptarika di kawasan Sei Harapan Sekupang beberapa hari lalu.
Dijamu sarapan pagi dan sempat ngobrol-ngobrol dengan politisi asal PKS eh..pulangnya sempat nyasar. Malah harus berjalan berkilo-kilo demi mencari jalan keluar menuju "peradaban" ha..ha..ha. Ujung-ujungnya badan Ayah harus pegel-pegel dan seperti biasa, langganan pijat. Tukang pijatnya siapa lagi kalau bukan Mama! Halah...pijat kok terus-terusan to?
Pak Ria memang cukup care dengan kegiatan sepeda menyepeda karena salah satu anaknya juga gemar bersepeda bahkan pernah ikutan touring ke Bintan dan menjadi peserta termuda.
Semoga nggak cuma dapat dukungan, suatu saat para gowes Batam juga mendapat "hadiah" berupa kebijakan dari pemerintah kota yang "memanjakan" mereka. Contohnya dibangun jalur khusus (mirip busway di Jakarta itu lho!, khusus untuk pengguna sepeda sehingga tak terganggu dengan pengguna jalan lain yang lebih perkasa seperti mobil, bis, lori, truk penarik kontainer, dsbnya).
Atau mungkin, ada satu hari dalam seminggu yang dikhususkan bagi pekerja untuk berangkat ke tempat kerja dengan sepeda (eh...mungkin nggak ya? Lha embuh itu. Kira-kira kalau yang kerjanya kayak Mama di Batu Ampar dari rumah di Mediterania Batam Center, masih bernafas nggak kalau berangkat ngantornya pakai sepeda! He...he)
Tapi yah...namanya saja harapan, boleh to sedikit muluk-muluk. Mumpung masih bisa berharap, lha wong nggak mbayar gitu loh!...(*)

16 April 2008

Blogspot tak Bisa Dibuka?

Sudah beberapa hari ini, kok susah banget ya buka blog? Kalau kemarin-kemarin, blog dengan embel-embel multiply yang sulit diakses, kini giliran mereka yang "kost" di blogspot juga tidak bisa dibuka. Ada apa dengan blogspot?
Kalau membaca info dibeberapa forum tanya jawab, kemungkinan ini imbas dari diberlakukannya UU tentang teknologi Informasi. Hmmm...kok seperti balik lagi ke jaman penjajahan ya? Semua-semua harus dibatasi karena dianggap akan membahayakan pihak-pihak tertentu.
Tapi, bukan teknologi namanya kalau tidak ditemukan jalan keluar yang lain. Ibarat pepatah, banyak jalan menuju pasar, ternyata banyak jalan juga bisa ditempuh untuk membuka blog. Apalagi "rumah sendiri". Masak sih nggak bisa dimasuki dari "pintu" yang lain.
Untuk teman-teman sesama blogger yang masih "numpang" di blogspot, cobalah akses ke situs www.spysurfing.com ketika mengalami kesulitan membukanya. Cukup dengan memasukan nama situs milik kita dan tararaaa....kita sudah masuk di "rumah".
Jadi tidak ada istilah "tak bisa" di dunia maya ini, bukan? Sekaligus juga menghapus kekhawatiran jika sewaktu-waktu, kita dilarang masuk ke "rumah" kita sendiri oleh penguasa.
Semoga bisa membantu dan tak mengurangi semangat teman-teman untuk tetap ngeblog. Hidip blogger. Sebab blogger bukan hacker! Setuju?

15 April 2008

Selamat Ulang Tahun, Bunda Nea...


Pagi pada 14 April 1979, bapak tergopoh-gopoh pulang dari rumah sakit. Dikabarkannya berita bahagia bahwa adik kami sudah lahir dengan selamat. Tapi belum bisa dibawa pulang karena ibu kami masih perlu istirahat setelah melahirkan. Seingat kami, bapak cuma membawa sebuah bungkusan yang kami tidak tahu apa isinya. Tapi belakangan, bungkusan yang ditanam di belakang rumah kami itu ternyata ari-ari alias plasenta adik bayi yang baru lahir. Kata orang-orang tua, itu adalah nyawa adik karena selama di perut, adik mendapat makanan melalui plasenta tersebut. Itu sebabnya, bapak manut-manut saja waktu mbah menyuruh ari-ari itu dikubur dan diatasnya diberi sebuah selang kecil.
"Untuk jalan nafas,"kata mbah.
Selang sehari kemudian, adik baru kami pulang bersama ibu. Bapak ternyata sudah menyiapkan nama bagus untuk adik kami. Rini Sasiaprilleana. Rini dalam bahasa Jawa berarti anak perempuan. Sasi april artinya bulan April sedangkan leana diambil bapak dari bahasa Jawa le ono alias adanya. Jadi arti nama yang diberikan Bapak berarti anak perempuan yang ada atau lahir pada bulan April.
Di kemudian hari kami, kakak-kakaknya, memanggil adik bayi kami dengan sebutan NEA.
Hari-hari memang menjadi makin ceria dengan kehadiran tawa dan tangisnya. Nea kecil juga tumbuh seperti anak-anak lain seusianya. Yang kami ingat, tubuhnya terbilang kecil, berkulit gelap dan sudah pasti berambut tipis kemerahan seperti rambut jagung. Istilah di tempat kami: rambut bondis.
Kemanapun kakak-kakaknya bermain, dia pasti nginthil alias ngekor. Kami bermain jumpletan (petak umpet) hingga sembunyi sampai ke sawah-sawah dekat kuburan, dia pun ikut. Ibu juga agaknya seneng-seneng saja Nea kecil main ikut kakak-kakaknya, mungkin biar kerepotan mengurus rumah bisa terbantu kala itu.
Banyak peristiwa yang pasti tidak akan kami lupakan di masa kecil kami dulu. Memiliki teman-teman yang banyak, saudara-saudara sepupu yang tinggal tak berjauhan dan tempat bermain yang menyenangkan di sekitar rumah. Namun kebahagiaan kami harus terenggut.
Minggu, 9 September 1991, seorang pria muda datang tergopoh-gopoh. Memberitahukan dengan terengah-engah bahwa bapak harus segera ke rumah sakit.
"Ibu kecelakaan pak. Jatuh dari sepeda motor,"kata anak muda itu.
Ibu memang pamitan pada bapak mengambil tip-ex yang ketinggalan di laci meja tempat ibu mengajar di sebuah desa terpencil di kecamatan Kertek, Wonosobo.
Tip-ex transparan yang tertinggal itu harus diambil karena ibu perlu membetulkan beberapa nama di atas undangan pernikahan adik bungsunya minggu depan.
Bapak langsung beranjak ke rumah sakit. Meski seribu tanya ada dibenaknya, sedapat mungkin beliau berprasangka baik bahwa ibu tidak mengalami luka yang cukup parah.
Nea kecil ketika itu juga belum mengerti apa yang sebenarnya terjadi. Ia dan Topan, adik bungsu kami yang kala itu baru berusia 9 tahun, hanya melihat orang-orang menangis tersedu-sedu. Hati kecilnya mungkin bertanya, mengapa orang-orang ini menangis? Apa yang terjadi pada ibu kami?
Dan semua tanyanya terjawab ketika menjelang Maghrib, sebuah keranda tertutup kain hijau, perlahan-lahan diusung menuju rumah mbah Putri, orangtua ibu kami. Tangis orang disekelilingnya kian kencang. Malah dilihatnya beberapa buliknya menangis sambil berteriak histeris.
Ia dan Topan kecil yang tidak tahu apa-apa ikut-ikutan menangis. Tapi tangis itu langsung meledak saat keranda dibuka. Di dalamnya, sesosok tubuh yang sangat dikenalnya telah terbujur kaku dalam balutan kain kafan putih. Ibu! Ya..ibu kami memang meninggal dalam kecelakaan itu. Meski tidak ada luka di tubuhnya, tapi benturan yang sangat keras di kepalanya membuat nyawa ibu tak bisa ditolong lagi.
Nea kecil hanya bisa menangis tersedu-sedu. Sendirian. Tanpa tangisan histeris. Barangkali hanya hati kecilnya yang bertanya; Ya Allah...mengapa begitu cepat Kau panggil ibu kami? Mengapa tak Kau beri umur panjang pada ibu sehingga beliau bisa melihat kami tumbuh besar?"
Kenangan manisnya bersama ibu saat diajak beliau mengajar di sekolah yang berada di tempat terpencil itu, jelas tak akan mungkin hilang. Kenangan ketika ibu dengan rela menjahit baju-baju dan sepatu bekas untuk diberikan pada murid-muridnya yang masih nyeker, masih melekat erat. Bahkan sampai kapanpun.
Hari-hari setelah itu, Nea kecil memang tumbuh sebagai gadis cilik yang mungkin kesepian. Hanya bapak dan Topan yang menjadi saksi, ia tumbuh menjadi seorang gadis. Satu persatu, kakak-kakaknya memang harus pergi untuk menuntut ilmu dan menikah. Sungguh, hidup dengan rasa kesepian itu pasti menjadi masa sulit untuk gadis cilik seusianya.
Tapi...kini Nea kecil bukan lagi gadis cilik bertubuh gelap dan berambut bondhis seperti dulu. Dia sekarang adalah seorang anak yang ingin berbakti pada bapak, istri yang setia bagi suaminya dan ibu yang baik bagi anaknya.Semoga!(***)


Selamat ulangtahun, Bunda! We love you!
(Dari Naomi dan Shaki di Batam)

05 April 2008

Hore..Akhirnya Bunda Nea Punya Blog


Ternyata virus blog sudah menulari Bunda Nea dan pak Maula. Mereka kini sudah punya "rumah" sendiri sebagai tempat untuk mencurahkan perasaan, untuk mendapat kenalan baru di dunia maya dan tentu saja media untuk narsis bersama. Ha..ha
O..iya ini alamat blog mereka http://pondokmusyafa.blogspot.com silahkan mampir ya. Tuh ada link-nya di sebelah kiri.
Senang rasanya melihat dan bertemu saudara sendiri di dunia maya. Apalagi antara Bunda Nea dan pak Maula, keduanya memang sama-sama senang menulis. Dulu di kampus, keduanya juga sama-sama mengelola koran kampus (Ssst...makanya mereka saling jatuh cinta sampai kemudian married dan berhasil "mbrojolin" si thole Syarif Tahmid Musyafa' alias Sheva. Hi..hi..hi).
Sebelum jadi PNS seperti sekarang, Bunda juga sebenarnya ingin jadi wartawan. Apalagi kemampuan menulisnya juga cukup teruji. Yang paling heboh sih waktu dulu Bunda jadi juara dua lomba menulis Majalah Mop untuk seluruh penulis muda se-Jawa Tengah. Hadiahnya..apa ya? Lupa! Tapi yang bikin ngenes karena si Bunda berangkat sendiri ke Semarang tanpa ada yang menemani untuk mengambil hadiah (hu..hu..hu sedih mendengarnya). Soalnya sejak Bunda Nea berumur 12 tahun, Bunda seperti halnya saudara-saudaranya yang lain, harus rela hidup mandiri sejak ibu kami meninggal dunia karena kecelakaan lalu lintas yang cukup tragis pada tahun 1991.
Peristiwa kecelakaan itu memang telah membuat kami menyadari bahwa hidup yang akan kami jalani terasa lebih sulit dan berat.
Tapi syukurlah, Bunda kini sudah memiliki pak Maula. Pria asal Cirebon yang kini menjadi seorang wartawan di Radar Banyumas, tampaknya selalu menyayangi Bunda dan anak mereka Sheva, meski cobaan satu persatu sudah pernah menganggu pernikahan mereka.(***)

03 April 2008

Bintang


Paling enak kalau pas lagi suntuk bin bete di kantor, mendengarkan lagu-lagu yang bisa menghilangkan rasa nggak enak itu. Salah satunya lagu dari grup band Anima yang berjudul Bintang.
Terlebih ketika suasana kantor sedang tidak banyak orang dan cuaca di luar nggak begitu panas, hmm..benar-benar bisa terhanyut. Sesaat lupa dengan sesuatu yang sudah bikin suntuk. Coba deh...

kan ku abaikan
sgala hastratku
agar kamu tenang dengan nya
ku pertaruhkan
semua ragaku
demi dirimu bintang

reff:
biarkan ku menggapaimu
memelukmu
memanjakanmu
tidurlah kau di pelukku
di pelukku
di pelukku

biar ku tunda
segala hasratku
tuk miliki dirimu
karna semua
tlah tersiratkan
dirimu kan milikku

Hingga kau mimpikan aku,
mimpikan kita,
mimpikan kita
Jangan pernah kau terjaga,
dari tidurmu,
di pelukanku...

02 April 2008

Kebanjiran Seleb Ibukota


Semalam Ayah dan Kak Naomi nonton konser Nidji dan Peterpan di Stadion Temenggung Abdul Jamal. Sejak jam 19.30 usai sholat Isya, mereka sudah berangkat dan rela berdesak-desakan diantara ribuan penonton yang kebanyakan muda mudi Batam.
Hampir tiap ada konser musik di Batam terutama jika menghadirkan artis atau band papan atas seperti Iwan Fals, Dewa 19, Slank, Gigi, Jamrud (almarhum) dan sebagainya, Ayah selalu meluangkan waktu untuk nonton.
Katanya sih, disitulah dia bisa bebas berjingkrak-jingrak sambil bernyanyi-nyanyi tanpa ada yang protes dan "ngeruh-ruhi" (mengomentari).
Dan ketika mendengar Nidji dan Peterpan akan manggung bareng di Batam, jauh hari Ayah memang sudah janji mau mengajak kak Naomi nonton konser dua grup band yang lagi naik daun ini karena Kakak memang ngefans berat sama keduanya.
Bagi anak-anak Nidji dan Peterpan, ini bukan kali pertama mereka tampil di Batam. Kalau nggak salah sih sudah ketiga kalinya.
Sejak masuk dalam kategori kota besar, Batam memang selalu ramai kedatangan para seleb ibukota. Hampir tiap minggu selalu saja ada yang datang. Entah itu penyanyi, pemain sinetron, presenter atau artis yang kadang namanya belum terkenal tapi gayanya sudah ngartis banget.
Umumnya mereka datang karena memenuhi undangan dari kafe-kafe atau pub yang jumlahnya kian banyak di Batam, jadi host sebuah acara, mempromosikan produk dan kebetulan si artis jadi model iklannya atau karena undangan dari pihak pemerintah.
Sebagian sempat mampir di kantor Tribun untuk keperluan promosi di media lokal. Yah...itung-itung sambil menyelam minum air lah.
Namanya juga artis, macam-macam sekali gaya mereka ketika berkunjung ke kantor kami. Ada yang memang sikapnya down to earth alias ramah-ramah seperti para personil Ungu, Katon Bagaskara, Intan Nuraini, Ikang Fauzi, personil Letto (yang ini malah katanya berasa ada di Yogya secara di Tribun banyak banget yang berasal satu kota dengan mereka).
Ada juga yang gayanya memang jaim dan sedikit borju seperti Venna Melinda, Lula Kamal dan sudah pasti Mayangsari. Tapi ya so what gitu loh. Namanya juga artis, memang harus begitu kali ya gaya mereka.
Buat kami sih asyik-asyik saja. Minimal bisa melihat wajah mereka dari dekat, foto-foto dan menyalami tangan mereka yang halus tanpa harus berdesak-desakan.
(Oalah...dasar wong ndeso...gitu aja rasanya sudah seneng banget!)

*)Foto hasil jepretan Iman Suryanto-fotografer Tribun Batam

01 April 2008

Jatuh Cinta pada "Fahri"...


Entah karena terpengaruh romansa film Ayat-ayat Cinta atau karena memang sosok seperti Fahri adalah gambaran tipe pria ideal sebagai seorang suami, beberapa hari ini kok terbayang-bayang terus wajahnya ya?(Ha..ha..ha).
Apalagi si "Fahri" tadi pagi sempat muncul sebagai bintang tamu di acara Dorce Show di Trans TV.
Gayanya tetap cool dan image Fahri masih melekat meski pagi itu dia diperkenalkan sebagai Fedi Nuril. Si pemeran Fahri ini memang menjadi orang yang menurutnya, mendapat berkah, setelah bermain sebagai aktor utama di film garapan Hanung Bramantyo itu. Tidak saja karena ia mendadak menjadi aktor pria yang "digilai" banyak perempuan di negeri ini (bahkan katanya ada yang nekat minta dikawinin dan ikhlas jika kelak Fedi mem-poligami-dirinya....waduh!), tapi karena Fedi mengakui setelah memainkan sosok Fahri, ia lebih mengenal Islam lebih dalam yang kini diterapkannya dalam kehidupan sehari-hari.Oh..so sweet. Sepertinya setelah ia katakan hal itu, makin banyak perempuan-perempuan yang akan "jatuh cinta" pada dirinya ya?
Tapi semoga perasaan itu hanya muncul sesaat saja, sebagai bagian dari sifat perempuan yang pada dasarnya memang gampang tersentuh dengan ketulusan dan romantisme.(Hmmm...opo tho iki maksude...?.

29 March 2008

Aa Gym Ternyata Masih "Ada"...


Sekitar pukul 18.45 WIB kemarin, sebuah SMS masuk ke HP Mama: "Ayah dan Naomi lagi di masjid Raya. Mo dengerin ceramah Aa Gym. Nanti pulang kerja, Mama nyusul ya?"
Hari itu, dai kondang Aa Gym memang datang lagi ke Batam setelah sekian lama tidak menyapa jamaah setianya di sini. Tepatnya sejak pernikahan kedua Aa dengan Alfarini Eridani yang sempat membuat heboh dan bahkan membuat sebagian jamaahnya merasa syok.
Padahal dulu Aa rajin datang ke Batam. Hampir tiap tiga bulan sekali. Malah sebelum ngetop dulu dan sedang merintis Manajemen Qolbu (MQ)-nya, hampir tiap bulan Aa datang ke Batam, tepatnya di Kawasan Industri Batamindo di Mukakuning.
Dibanding sebelumnya, jamaah yang datang ke majelis Aa kali ini memang tak sebanyak dulu. Semua masih bisa tertampung di ruang utama Masjid Raya Batam Centre. Padahal dulu para jamaah harus rela berdesakan hingga ke lantai dasar dan halaman masjid. Apakah ini ada hubungannya dengan keputusan poligami Aa atau karena memang sudah saatnya masa keemasan Aa redup karena munculnya dai-dai lain? Wallahua'lam!Yang jelas dalam ceramahnya, Aa memang tetap mengangkat tema poligami.
Seakan ingin mengingatkan pada semua yang datang, Aa mengatakan bahwa orang yang melakukan poligami tak hanya harus bisa berlaku adil, tapi juga harus ikhlas menghadapi suara-suara sumbang yang dilontarkan orang lain yang terkadang terasa menyakitkan.
Ibaratnya seperti buah kelapa yang direnggut secara paksa dari pohon. Setelah dibelah dengan parang sambil dipukul-pukul dan dicabik-cabik kulitnya, kelapa masih harus rela diparut secara kasar dengan pemarut besi yang tajam. Setelah itu diperas santannya dan ampasnya masih dipakai untuk mengepel lantai kotor dengan cara dikucek-kucek dengan kaki. Seperti itulah Aa mengumpamakan beratnya cobaan yang harus dihadapi saat dirinya memutuskan berpoligami.
Menyesalkah Aa setelah ia berpoligami? Ataukah mungkin dia sekadar ingin mengatakan bahwa jangan coba-coba berpoligami jika tak ingin merasakan perasaan "sakit" seperti yang diumpamakannya dengan buah kelapa?. Entahlah! Tapi kehadiran Aa malam itu di Batam memang menunjukkan bahwa Aa masih "ada" dan tidak hilang pamor seperti yang diperkirakan banyak orang.(***)

28 March 2008

Ayat-ayat Cinta yang Menguras Air Mata


Menonton film Ayat-ayat Cinta (AAC), rasanya tak ada penonton (wanita terutama) yang tidak merasakan emosi yang berkecamuk. Terlebih di beberapa adegan yang membuat penontonnya tanpa sadar meneteskan airmata (seperti ketika ibunda Fahri yang menangis meyakinkan sang menantu, Aisha, bahwa Fahri tidak mungkin melakukan pemerkosaan seperti yang dituduhkan kepadanya atau ketika adegan Fahri dengan mata berkaca-kaca meminta Aisha untuk ikhlas menghadapi persoalan rumah tangga mereka).
Para pemeran utama film ini (Fedi Nuril, Rianti Cartwright dan Carissa Putri) memang bermain total sehingga akting mereka benar-benar membuat film ini menjadi tontonan yang tak membosankan. Hanung Bramantyo, sang sutradara, tak kalah berjibakunya dalam menyelesaikan film yang kabarnya menelan biaya hingga Rp 7 miliar!
Di situs miliknya, sutradara muda asal Yogyakarta ini menuliskan berbagai kesulitan yang harus dihadapinya, sebelum dan setelah proses syuting di beberapa tempat selesai diambil.
"Pagi harinya aku mulai shooting. Dan persoalan seperti tidak selesai. Dari mulai peralatan yang kami pakai sudah ditinggalkan industri India 5 tahun yang lalu alias butut: Lampu-lampu yang fliker (menghasilkan cahaya kelap-kelip seperti neon yang habis watt nya), kamera tua yang ketika dipakai mengeluarkan bunyi berisik, generator kami yang lebih layak dipakai buat menyalakan mesin pemarut kelapa dibanding buat shooting. Lalu kru-kru India yang disediakan untuk membantu kami bukan kru profesional. Di bagian akomodasi makanan kami selalu datang telat sehingga banyak yang protes. Tidak hanya kru Jakarta saja yang protes, kru India juga begitu. Suatu kali pernah mereka mogok kerja tidak shooting karena hanya di kasih makan sekali sehari. Padahal shooting sampai jam 12 malam. Di lokasi gurun, kami harus mendaki gunung pasir dengan jalan kaki sebelum menuju lokasi utama. Kami menggunakan unta buat mengangkat kamera dan perlengkapannya. Kaki-kaki kami sakit tertusuk tanaman duri. Bibir kami banyak yang pecah karena panas matahari. Sebelum mencapai tempat lokasi, kami istirahat mirip kafilah-kafilah yang kehausan di tengah sahara..." tulis Hanung di situs pribadinya.
Tapi semua kerja kerasnya memang membuahkan hasil. AAC menjadi box office dan hingga akhir Maret ini, kabarnya film AAC telah ditonton sekitar 3 juta orang termasuk Presiden SBY dan para petinggi negeri ini.
Terlepas dari komentar para kritikus film dan mereka yang kecewa karena membandingkan film ini dengan novel aslinya, film AAC boleh jadi menjadi suguhan alternatif. Apalagi selama ini masyarakat kurang bisa memilih karena jarangnya film bagus yang mengangkat nilai-nilai religi di dalamnya.

26 March 2008

Selamat Ulang Tahun, Cantik...


Tanggal 20 Maret lalu adik Shaki genap berusia dua tahun. Sedianya kami ingin merayakan ultah adik di pantai bersama dengan saudara-saudara dan beberapa teman dekat. Tapi ternyata sejak pagi, cuaca di Batam tidak bersahabat. Langit mendung dan angin laut yang cukup kencang, menjadi alasan kami tak jadi pergi ke pantai. Apalagi banyak anak-anak yang ikut. Daripada nanti malah kacau, akhirnya diputuskan ultah adik dirayakan sederhana saja di rumah.
Nasi kuning, tahu kecrot (yang ini khas Purwokerto dan menjadi menu favorit ayah), ayam dan ikan bakar, kami nikmati bareng-bareng. Sebenarnya kakak Naomi agak kecewa juga karena jauh hari ia sudah membayangkan berenang di pantai bareng adik dan para sepupunya. Apalagi ternyata kamera di rumah ngadat dan tak bisa dipakai. Hmmm...lengkap sudah "penderitaan" ini. Toh kami berusaha agar hal-hal tersebut tak mengurangi kebahagiaan kami bisa melihat adik tumbuh lucu dan sehat hingga dua tahun ini. Semoga Allah SWT selalu melindungimu ya, Nak. Melimpahi rahmat, rezeki, ridho, kesehatan, kebahagian dan keberkahan-Nya. Selamat ulang tahun, Cantik! Semoga panjang umur dan sehat selama-lamanya.Amien.(*)

18 March 2008

Cukur ala Batok Kelapa


Sudah berapa hari ini, rambut adik yang sudah terlihat panjang hingga poninya hampir menyentuh mata, membuat kak Elis (yang bantu di rumah) merasa risi. Beberapa kali dia memang sudah meminta Mama agar memotong sedikit bagian poni adik agar dia tidak merasa terganggu.
"Kasihan Bu, adik suka kedip-kedip gitu soalnya rambut poni dia udah hampir masuk ke mata,"cetusnya beberapa hari lalu.
Sayangnya untuk urusan sepele seperti itu, Mama justru sering lupa dan biasanya baru teringat justru tiap adik telah siap mandi. Dan entah karena merasa aspirasinya tidak didengarkan, kak Elis akhirnya nekat memotong sendiri rambut poni adik. Dan hasilnya...rambut poni gaya batok kelapa (O..iya, foto ini diambil beberapa bulan lalu saat adik juga bergaya poni ala batok kelapa. Cuma yang sekarang lebih parah karena kependekan. Yang tengah adalah si Naya, keponakan yang bingung panggil Ayah dan Mama dengan sebutan kakek dan nenek. Lha..kakek dan nenek kok masih muda ya...he...he).
Ayah sudah pasti langsung protes melihat poni baru adik.
"Kok gitu sih motongnya. Kasihan kan adik jadi nggak keliatan cantik lagi. Siapa yang motong?"tanya Ayah sepulang kerja.
Potongan rambut gaya batok kelapa ini memang sudah beberapa kali dialami adik. Biasanya sih bukan karena sengaja, tapi karena adik selalu bergerak-gerak tiap dipotong poninya dan terkadang juga meronta-ronta. Jadi begitulah hasilnya.
By the way...gaya rambut batok kelapa ini pernah jadi tren sewaktu Mama masih kecil dulu lho. Yang jadi trendsetternya Adi Bing Slamet dan mungkin saja model seperti itu akan in lagi secara model ini kadang bikin wajah anak justru makin terlihat innocent dan lucu. Ya nggak?(*)

12 March 2008

Maafkan Mama, Nak...


"Kalau Mama nggak kerja dan tetap di rumah, enak ya, Dik,"kata Naomi, anak sulungku pada adiknya beberapa waktu lalu. Saat itu aku memang bersiap pergi ke kantor. Waktunya memang hampir bersamaan dengan kepulangan dia dari sekolah.
Ini sudah kesekian kalinya, Naomi memintaku berhenti bekerja dengan cara halus. Di beberapa lembar buku diary miliknya (yang sengaja aku beli agar dia bisa mencurahkan isi hatinya), ia bahkan selalu menulis bahwa ia ingin bisa belajar tiap malam bersama Mamanya seperti teman-temannya yang lain. Ia juga ingin dibacakan cerita-cerita menjelang tidur seperti waktu kecil dulu. Sedih tiap aku membacanya.
Tapi pekerjaanku sebagai seorang editor di sebuah media cetak lokal di Batam memang membuatku tak memiliki banyak waktu bersama dua anak perempuanku di malam hari. Paling cepat aku baru sampai rumah sekitar pukul sepuluh tiap malam dan biasanya mereka berdua sudah tidur pulas.
Itu sebabnya tiap pagi dan siang hari, aku selalu berusaha menghabiskan waktuku di rumah bersama mereka, termasuk membantu mengerjakan pekerjaan rumah Naomi dari bu gurunya.
Tapi ternyata bagi Naomi, itu belum cukup. Mungkin aku masih dianggapnya tak menyisihkan cukup waktu untuk bercengkrama dengan mereka berdua.
Maafkan Mama, Nak! Kalaupun hingga hari ini Mama masih tetap bekerja, bukan karena Mama tak sayang pada kalian.
Mama dan Ayah ingin memiliki tabungan yang banyak agar kelak kamu dan adikmu bisa bersekolah setinggi mungkin tanpa terhalang sebuah "kerikil" bernama uang.
Mama ingin kamu dan adikmu bisa menggapai cita-cita dan menjadi orang berguna tanpa terhalang oleh "sesuatu" bernama biaya.
Percayalah bahwa apa yang kami lakukan saat ini adalah untuk kebaikan kalian. Tanpa perlu diungkapkan, Mama selalu menyayangi kalian berdua melebihi sayang Mama pada siapapun di dunia ini.(*)

11 March 2008

Akhirnya Tari dan Anggun Menikah...



Hari Sabtu lalu (8/3),menjadi hari spesial bagi kami yang bekerja di Tribun Batam. Hari itu dua orang karyawannya (yang satu sudah mantan sekarang), yakni Tari dan Anggun menikah.
Bagi kami, inilah pertama kali dua orang teman di satu ruangan berjodoh dan jadi prestasi tersendiri. (ha..ha..ha). Soalnya jauh hari, para pimpinan dari pusat sudah memberi warning agar jangan sekali-kali berburu di "kebun binatang":
"Karena salah satu dari kalian harus keluar. Perusahaan tidak memberi ruang bagi suami istri atau kakak adik bekerja di kantor yang sama!" Begitu kira-kira peringatan dari pimpinan ketika dulu kantor ini mulai beroperasi.
Tapi namanya cinta, pak. Siapa bisa menolak rasa itu? Nyatanya, tak cuma Tari dan Anggun yang menjalin hubungan spesial di "kebun binatang" kami. Beberapa teman, meski ada juga yang tak berani berterus terang, berharap bertemu belahan jiwanya di kantor ini.
Yah...siapa yang bisa menjamin cinta tak akan tumbuh di antara teman yang sudah bertahun-tahun bersama dalam suka dan duka. Benar agaknya pepatah dari tanah kelahiran tercinta bahwa witing tresno jalaran seko kulino. Benih cinta tumbuh karena biasa bertemu. Tari dan Anggun jadi contohnya.
Tari yang duduk dipojok selatan di dereten meja wartawan dan anggun yang duduk di pojok utara di deretan meja editor dan layout, bisa bertemu karena cinta!
Siapa lagi menyusul setelah ini, agar Tribun-Tribun yunior makin banyak bermunculan!

06 March 2008

Ketemu Blogger Wonosobo


Sudah seminggu ini, Mama berhasil menemukan beberapa blogger dari kota Wonosobo. Hmmm...benar-benar bisa menjadi obat kangen. Apalagi sejumlah blog tersebut memuat foto-foto kota Wonosobo tempoe doeloe dan sekarang.
Meski Wonosobo kini sudah mulai berubah, kenangan indah tentang kota kecil ini pasti selalu ada di benak siapapun yang pernah tinggal di kota tersebut.
Apalagi ternyata, ada seorang blogger bernama Oka, yang ternyata satu alumni dengan Mama di SMA 2 alias Smada Wonosobo. Walau beda generasi, tapi cerita Oka tentang guru-guru dan tentu saja warung Mbok Iro, membuat kenangan waktu SMA dulu langsung berkelebat di benak Mama. Secara, warung Mbok Iro yang ada di halaman belakang sekolah memang menjadi tempat strategis untuk "ngumpet" pas jam sekolah. Menu yang paling Mama ingat sih, bakmi goreng siram bumbu pecel. Wuih...enak tenan. Apalagi kalau ditambah geblek atau tempe kemul yang gedhenya pas untuk nimpuk orang.
Kisah lain yang langsung ingat, jaman naksir kakak kelas yang ada di Kelas 3A1 yang tampangnya mirip Hilman Hariwijaya (ha..ha..ha). Hilman ini memang idola Mama dari SMP dulu.Saking senengnya sama pria gondrong ini, Mama sempat mengganti nama di semua buku catatan dan biodata teman dengan sebutan Peni Hariwijaya. Halah...
Tapi kisah lain yang tak terlupakan, sudah pasti kenangan bersama dengan para guru. Pak Amiyanto, pak karim, bu Susi, bu Yayuk, Bu Tri, Bu Nanik, Bu Kusrini, pak Wijonarko, pak Heni. (Jadi ingat pak Heni nih. Dulu kalau beliau membagi kertas hasil ulangan bahasa Prancis milik Mama, pasti di bagian bawah kertas sebelah kanan tercantum kata-kata romantis seperti saving all my love for you, one moment in time, dsb-nya. Maksudnya apa ya? Tapi yang mencurigakan sih karena di raport, Mama diberi nilai 9 oleh beliau. Padahal sumpah, Mama babar blas nggak ngerti bahasa Prancis. Taunya cuma je t'aime dan bon soir, bonjour. Ha...ha..ha.
Ada juga pak Wijonarko alias pak Wijan, yang nggak pernah memberi nilai di atas 7 untuk mata pelajaran Bahasa Indonesia. Gara-garanya beliau selalu curiga, hasil karangan dan tulisan Mama termasuk yang pernah dimuat di koran-koran daerah pada waktu itu, adalah jiplakan tulisan orang. Untungnya ada bu Sri, guru Sosiologi yang percaya kalau Mama memang punya sedikit bakat dalam bidang tulis menulis.
Tapi walaupun ada juga kisah sedih waktu kelas dua (gara-gara anak mantan camat yang sok playboy itu), masa-masa di SMADA sudah pasti nggak bakal terlupakan!
Apalagi teman-teman satu gank dulu, Ephi, Ifa, Empink, Hastin...selalu menjadi teman yang menyenangkan. Duh jadi kangen mereka. Dimanakah kalian kini?(*)

05 March 2008

Foto Zaman Baheula




Mungkin orang yang kini mengenal ayah, tidak membayangkan bahwa dahulu ayah memiliki bentuk tubuh yang sangat tidak ideal (ups...sorry honey). Tinggi tapi juga kurus cenderung kerempeng. Hmm...
Saking kurusnya, mungkin saja dulu ada yang pernah menyebut ayah mirip tiang listrik. (hi...hi..hi). Tapi untung hal itu tidak terjadi hingga sekarang. Setelah bertahun-tahun kemudian (tepatnya setelah menikah), tubuh ayah mulai berevolusi dan bahkan sempat merasa kegemukan.
Foto-foto berikut, bisa sedikit menggambarkan seperti apa Ayah yang dulu dan sekarang.
Foto paling kiri, diambil Juli 1990 atau sekitar 18 tahun lalu.
Foto tengah, ayah (celana hitam di tengah) dan teman-temannya saat di Singapura tahun 1994 atau 14 tahun lalu,
Foto kanan diambil Kakak Naomi akhir tahun 2007 lalu.
Nah jelas terlihat perbedaannya kan, antara yang kurang gizi dan kelebihan gizi. Ha..ha..ha (maaf ya mbah Siti!)

27 February 2008

Ke Barelang Lagi Nih...







Ayah memang makin senang bersepeda. Hampir tiap akhir pekan, bersama dengan teman-temannya di Shimano dan Batam Mountain Bike Club, Ayah bersepeda hingga puluhan kilometer. Yang terakhir kemarin, mereka (sekitar 40 orang, termasuk biker dari Singapura), bersepeda dari Mukakuning hingga Jembatan 6 di Barelang sejauh 42 km. Wah...
Berangkat hari Sabtu siang, rombongan nginap semalam di kelong seafood dekat jembatan 4 dan Minggu siang pulang lagi ke Batam. Rencananya sih mau pulang dengan bersepeda sejauh 42 km lagi, tapi sayang badan tak mau kompromi karena ternyata mereka kecapekan. Daripada nggak bisa pulang...ya udah, orang dan sepeda diangkut naik mobil dan truk lori yang mengiringi mereka sejak dari Batam. Ha...ha...ha. Naik sepeda atau naik sepeda ( di lori) tuh!
Ingin tahu serunya perjalanan mereka? Lihat aja nih sebagian foto ayah dan teman-temannya saat di jalan, di kelong, dan di eks kamp pengungsi Vietnam di Pulau Galang. Happy all biker Batam!

18 February 2008

I Wish I Can...


Minggu malam, akhirnya saya bisa berbincang lewat telepon dengan Bapak di Banjarnegara. Beberapa kali setiap dihubungi, Bapak memang sedang tidak ada di rumah. Kadang sedang mengisi pengajian di masjid, atau sedang bertemu dengan teman-temannya yang kini semakin sedikit jumlahnya dan bahkan tidak ada yang tahu kemana Bapak pergi.
Malam itu, seperti juga malam-malam yang lain, saya selalu mendengarkan cerita Bapak. Tentang kegundahan hati yang sebenarnya bisa saya rasakan meski beliau selalu mengatakan semua baik-baik saja.
Di usia bapak yang makin senja, seharusnya saya lebih banyak mendampingi beliau dan membantu menyelesaikan masalah yang tampaknya kian berat beliau hadapi sendiri. Apalagi bapak sendirian sejak ibu pergi untuk selamanya 17 tahun lalu.
Seandainya saya bisa selalu berada di dekat beliau. Membesarkan hatinya dari kegundahan yang pasti sedang mendera hari-hari belakangan ini.
Ya Allah...tidakkah cukup doa Bapak yang selalu beliau panjatkan di tiap sholat tahajudnya hingga Kau berikan cobaan seberat ini?*)

*untuk Bapak...Tetaplah berdoa. Allah SWT selalu bersama kita...Amien.