12 November 2007

Belajar jadi pedagang




Setahun belakangan ini ayah lagi semangat banget belajar berjualan alias bisnis kecil-kecilan. Sepertinya sih setelah ikut seminar entrepreneurship-nya Purdi E Chandra yang punya Primagama. Sampai-sampai ayah geregetan banget ingin cepat-cepat punya bisnis sendiri yang bisa menghasilkan. Cuma sampai sekarang masih juga belum ketemu bisnis apa yang benar-benar cocok. Sudah coba-coba sih melirik sana-sini, tapi belum 100 persen berani menentukan.
Sejauh ini baru mencoba menjadi "distributor" untuk beberapa barang seperti boneka muslim Arrosa (ada tuh fotonya), bed cover (ada juga kan fotonya), jaket kulit, sandal super awet yang dibuat dari bekas ban mobil (yang ini asli handmade dari kampung halaman ayah di daerah Banyumas), jaket kulit dari Bandung, tas anyaman, kalung manik dari Bali dan beberapa jenis barang lainnya.
Ayah juga mulai coba-coba promosi barang-barang itu di blog miliknya (cuma sih sampai sekarang masih di under construction, biar mantap dulu katanya).
Mungkin karena ayah merasa, suatu saat nanti harus menjadi orang yang mandiri dan nggak selamanya menjadi "buruh" yang kadang nggak bisa menentukan sikap sendiri karena harus patuh pada aturan perusahaan.(*)

08 November 2007

Ternyata dia tak berumur panjang...


Namanya Omi Intan Naomi. Kakak kelas saya waktu kuliah di jurusan Komunikasi FISIPOL UGM. Dia angkatan tahun 1989 sedangkan saya dua tahun di bawahnya. Secara pribadi saya tidak mengenal Omi. Tapi bagi anak-anak Komunikasi, sosok Omi yang tak lain adalah putri penyair Darmanto Jatman, adalah sosok yang cerdas dan nyentrik. Boleh dibilang dia menjadi sosok yang cukup familiar dengan gayanya yang sedikit tomboy dan suka asal nyemplong.
Tulisan-tulisannya di beberapa surat kabar dan buku-buku tentang sastra yang pernah ditulisnya, membuat mbak Omi menjadi makin familiar di jurusan kami.
Namun sejak saya tidak tinggal di Yogya lagi, saya tak pernah tahu dimana dan menjadi apa mbak Omi ini. Hingga kemarin, secara tak sengaja saat sedang searching di internet, saya membaca kabar bahwa beliau telah meninggal dunia karena sakit sejak satu tahun lalu. Tepatnya pada 5 Nopember 2006 di RS Bethesda. Sudah lama ternyata dan saya baru tahu. Entahlah meski tidak mengenal, saya merasa kehilangan...Selamat Jalan, mbak. Tuhan memang selalu tahu apa yang terbaik untuk umat-Nya meski kebaikan itu dalam bentuk kematian.(*)

07 November 2007

Demam Munajat Cinta


Demam lagu Munajat Cinta dari The Rock feat Ahmad Dhani sepertinya sedang melanda teman-teman kantor di Tribun Batam. Pagi, siang, sore hingga malam, lagu itu saja yang diputar dari ruang TI atas permintaan audiences di lantai dua tentu saja. Saking seringnya, tiap ada teman yang bergumam selalu keluar syair lagu yang sebenarnya cukup melo itu:...Tuhan kirimkanlah aku...kekasih yang baik hatiiii. Yang mencintai aku...apa adanyaaa...
Pintar juga sih pak Ahmad Dhani. Meski rumah tangganya sedang dilanda praha hebat, tetap bisa menciptakan lagu-lagu yang langsung jadi favorit pendengarnya. Meski ada sih suara-suara sumir di beberapa milis yang menyamakan lagu ini dengan lagu-lagunya Iis Sugianto era 80-an dulu, tetap saja penggemar si Munajat Cinta ini makin banyak.
Tapi tak cuma lagu The Rock yang jadi favorit teman-teman di Tribun, beberapa lagu dari grup-grup band pendatang baru juga sempat jadi favorit juga. Cuma saking banyaknya lagu baru, ada juga beberapa teman yang tidak mengenali siapa penyanyinya. Pokoknya asal enak lagunya, sering diputar dan tentu makin hafal liriknya. Kisah tentang kedatangan grup band Drive yang terkenal dengan lagunya Bersama Bintang ke kantor Tribun, mungkin bisa mewakili gambaran tersebut. Cuplikan percakapan berikut terjadi beberapa saat setelah Drive meninggalkan kantor.

Seorang Teman (T): Kae mau sopo to mbak?
Me(M): Drive.
T: Sopo kuwi?
M: Grup band.
T: Batam?
M: Dudu no, Jakarta.
T: Ning ra terkenal yo?
M: Terkenal lah.
T: Lagune opo to?
M: Bersama Bintang.
T: Lagune piye?
M: Tidurlah selamat malam. Lupakan sajalah akuuu..Tidurlah dalam mimpimu...bersama bintaaaangg..
T: Ooo...kae mau sing nyanyi to. Wah ngerti ngono njaluk tanda tangan yo.
M: Halah...telat!

***