08 September 2007

HP Ayah Hilang...!

Bukan bermaksud membuka aib, tapi kalau boleh jujur, salah satu kelemahan ayah yang kadang merugikan dirinya sendiri adalah teledor. Cuai kalau kata orang Melayu. Apalagi dengan benda-benda kecil seperti kunci kontak, name tag, pena, jam tangan, kacamata, flashdisc dan sebagainya. Benda yang terakhir disebut ini malah sempat dinyatakan hilang dan kemudian ditemukan di saku celana seragam ayah yang sudah dicuci di mesin dan disetrika!(Jelas rusak to ya...lha diubek-ubek dan diputer-puter ndak karuan gitu!). Dan itu tidak terjadi satu dua kali saja. Hampir tiap hari. But it's just a beginning karena beberapa hari lalu, ayah baru saja kehilangan barang kesukaannya: handphone!(Maklum didalamnya ada games favorit Ayah plus score tertinggi yang katanya pernah dicapai).
Entah bagaimana ceritanya benda yang selama ini jadi "urat nadi" kehidupan ayah itu bisa hilang. Raib. Lenyap. Ayahpun tampaknya tak ingin membahas terlalu dalam ketika Mama menanyakan mengapa HP itu bisa hilang.
"Bikin sedih,''kata ayah beralasan. Tapi masalah tidak berhenti di situ karena ayah harus mulai mengumpulkan nomor kontak semua teman, kenalan dan relasinya satu persatu. Ayah jelas tidak pernah mencatat nomor itu di agenda miliknya, apalagi menghapal di luar kepala. Tapi dibandingkan sekadar mengumpulkan nomor tersebut, hal lain yang sebenarnya membuat ayah "pusing" adalah mengurus lagi aktivasi nomor yang sudah dinyatakan hilang itu di Graha Telkomsel.
"Males...pasti antri dan repot,"ujar Ayah.
Tapi bagaimana lagi, ayah toh tetap harus mengurusnya agar nomor lama ayah bisa digunakan lagi. Dan ternyata dugaan ayah bahwa hal kecil itu akan merepotkan menjadi kenyataan. Ingin tahu kejadian seperti apa yang dialami ayah, berikut cuplikannya:

Ayah: Siang mbak...saya mau mengurus aktivasi kartu Halo saya yang hilang..bla..bla..bla..
Customer Service Telkomsel (CST): Baik pak, silahkan isi formulir berikut ini (sambil menyerahkan dua berkas formulir berisi data isian pribadi)
Ayah: (sudah males duluan melihat formulir. Tapi tetap diisi dan ...selesai!) Ini mbak..
CST: Ada foto kopi KTP pak?
Ayah: (membuka dompet dan menyerahkan fotokopi KTP yang sudah disiapkan)
CST : Rekening listrik dan air bulan terakhir pak?
Ayah: Lho..pakai syarat itu juga to? Kok saya nggak dikasih tau waktu telpon ke call centre semalam?
CST: Iya pak, prosedurnya memang demikian.
Ayah: Ok deh... menyusul bisa kan? Biar istri saya yang mengantar kesini nanti siang
CST: Nggak bisa pak, harus bapak sendiri. Tidak bisa diwakilkan
Ayah: (mulai dongkol dan banyak beristighfar dalam hati) Kan cuma mengantar rekening aja mbak masak nggak bisa sih?
CST: Iya pak karena nomor ini atas nama bapak
Ayah: Ok deh kalau memang berbelit-belit seperti itu, saya close aja lah nomor saya. Biar saya pindah ke operator lain saja.
CST:(buru-buru memberi klarifikasi) Bukan begitu pak, kami tidak bermaksud berbelit-belit tapi memang prosedurnya seperti itu. Tapi baiklah pak, rekeningnya bisa diantar istri bapak nggak apa-apa.
Ayah (mulai slow lagi) Nah gitu kan enak mbak, saya udah delapan tahun lho jadi pelanggan telkomsel, masak masalah kayak gitu aja dipersulit. Jadi... besok sudah bisa aktif lagi ya nomor saya?
CST: O..belum pak masih harus nunggu empat sampai satu minggu lagi!
Ayah: Seminggu lagi...? Lama sekali?
CST: Iya pak karena kami harus survey tempat tinggal bapak dulu.
Ayah:Loh kan dulu sudah! Disurvey lagi? Kan nggak pindah-pindah rumah saya?
CSt: Maaf pak, memang prosedurnya seperti itu.
Ayah( Rrrgggrh... @8//Aq0=*??x!!)=&6)T
***

Oalah prosedur...prosedur! Makhluk kayak apa sih kamu sampai bikin ayah dongkol kayak gitu? Andai saja bisa mengikuti gaya Gus Dur: Gitu aja kok repot, kan nggak perlu mumet-mumet to. Semua cepet beres...!

2 comments:

Shireishou said...

Wah..... turut berduka.... Smoga itu bs jd pahala buat kk. Soalnya oapa bilang, lkalau ad barang hilang, anggap jd sumbangan meski kadang kesel jg

Pinkina said...

hehehehe yha begitu itu prosedur mbak, kadang bikin kesel kadang dia ada manfaatnya juga :D