Sejak tahun lalu, sebenarnya Kakak sudah mulai berpuasa meski cuma puasa beduk alias setengah hari. Tapi karena tahun ini dia sudah berusia delapan tahun, kami wajib memintanya berpuasa penuh hingga Maghrib. Dan ternyata itu tidak mudah. Hari pertama, dia sudah menunjukkan gelagat "mencurigakan". Sejak pukul 12 siang, Kakak sudah mulai mengeluhkan tenggorokannya yang sakit dan rasa haus yang tidak bisa ditahan. Tapi Mama tidak bergeming karena Kakak memang tetap harus puasa. Tapi jam 15.30, tepatnya setelah sholat Ashar, Kakak mulai menangis (dan ini memang senjata dia karena dia tahu Mama pasti tidak tega). Sambil sedikit mengaduh, katanya dia tak tahan lagi. Mama berusaha tidak mendengar keluhannya dan tetap memintanya bersabar karena tinggal beberapa jam lagi beduk Maghrib. Tapi Kakak terus mengaduh. Semakin lama semakin menjadi. Karena kasihan plus tidak tega melihatnya menangis, dengan terpaksa Mama mengizinkan kakak berbuka tepat pukul 16.00. Tentu saja Ayah agak marah waktu Mama ceritakan hal itu.
"Lebih baik kita melihat dia menangis di dunia daripada nanti di akhirat kita menyesal. melatih anak puasa memang harus tega, nggak bisa tidak. Kalau kita bilang tidak tega terus, sampai kapan dia belajar puasa. Naomi sudah delapan tahun sekarang,"kata Ayah.
Malamnya ketika sahur, Ayah melakukan pendekatan dengan kakak termasuk menceritakan kenapa seorang muslim harus berpuasa. Entah apa karena cerita Ayah atau karena hal lain, esok harinya hingga sekarang, Naomi berpuasa penuh. Meski sekali-kali ada keluhan di siang hari, tapi Alhamdulillah dia tak merengek dan menangis lagi seperti ketika hari pertama berpuasa kemarin.
18 September 2007
Kakak Belajar Puasa ...
Posted by Rumah naomi&shaki at 1:31 AM
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment