28 March 2008

Ayat-ayat Cinta yang Menguras Air Mata


Menonton film Ayat-ayat Cinta (AAC), rasanya tak ada penonton (wanita terutama) yang tidak merasakan emosi yang berkecamuk. Terlebih di beberapa adegan yang membuat penontonnya tanpa sadar meneteskan airmata (seperti ketika ibunda Fahri yang menangis meyakinkan sang menantu, Aisha, bahwa Fahri tidak mungkin melakukan pemerkosaan seperti yang dituduhkan kepadanya atau ketika adegan Fahri dengan mata berkaca-kaca meminta Aisha untuk ikhlas menghadapi persoalan rumah tangga mereka).
Para pemeran utama film ini (Fedi Nuril, Rianti Cartwright dan Carissa Putri) memang bermain total sehingga akting mereka benar-benar membuat film ini menjadi tontonan yang tak membosankan. Hanung Bramantyo, sang sutradara, tak kalah berjibakunya dalam menyelesaikan film yang kabarnya menelan biaya hingga Rp 7 miliar!
Di situs miliknya, sutradara muda asal Yogyakarta ini menuliskan berbagai kesulitan yang harus dihadapinya, sebelum dan setelah proses syuting di beberapa tempat selesai diambil.
"Pagi harinya aku mulai shooting. Dan persoalan seperti tidak selesai. Dari mulai peralatan yang kami pakai sudah ditinggalkan industri India 5 tahun yang lalu alias butut: Lampu-lampu yang fliker (menghasilkan cahaya kelap-kelip seperti neon yang habis watt nya), kamera tua yang ketika dipakai mengeluarkan bunyi berisik, generator kami yang lebih layak dipakai buat menyalakan mesin pemarut kelapa dibanding buat shooting. Lalu kru-kru India yang disediakan untuk membantu kami bukan kru profesional. Di bagian akomodasi makanan kami selalu datang telat sehingga banyak yang protes. Tidak hanya kru Jakarta saja yang protes, kru India juga begitu. Suatu kali pernah mereka mogok kerja tidak shooting karena hanya di kasih makan sekali sehari. Padahal shooting sampai jam 12 malam. Di lokasi gurun, kami harus mendaki gunung pasir dengan jalan kaki sebelum menuju lokasi utama. Kami menggunakan unta buat mengangkat kamera dan perlengkapannya. Kaki-kaki kami sakit tertusuk tanaman duri. Bibir kami banyak yang pecah karena panas matahari. Sebelum mencapai tempat lokasi, kami istirahat mirip kafilah-kafilah yang kehausan di tengah sahara..." tulis Hanung di situs pribadinya.
Tapi semua kerja kerasnya memang membuahkan hasil. AAC menjadi box office dan hingga akhir Maret ini, kabarnya film AAC telah ditonton sekitar 3 juta orang termasuk Presiden SBY dan para petinggi negeri ini.
Terlepas dari komentar para kritikus film dan mereka yang kecewa karena membandingkan film ini dengan novel aslinya, film AAC boleh jadi menjadi suguhan alternatif. Apalagi selama ini masyarakat kurang bisa memilih karena jarangnya film bagus yang mengangkat nilai-nilai religi di dalamnya.

No comments: