"Kalau Mama nggak kerja dan tetap di rumah, enak ya, Dik,"kata Naomi, anak sulungku pada adiknya beberapa waktu lalu. Saat itu aku memang bersiap pergi ke kantor. Waktunya memang hampir bersamaan dengan kepulangan dia dari sekolah.
Ini sudah kesekian kalinya, Naomi memintaku berhenti bekerja dengan cara halus. Di beberapa lembar buku diary miliknya (yang sengaja aku beli agar dia bisa mencurahkan isi hatinya), ia bahkan selalu menulis bahwa ia ingin bisa belajar tiap malam bersama Mamanya seperti teman-temannya yang lain. Ia juga ingin dibacakan cerita-cerita menjelang tidur seperti waktu kecil dulu. Sedih tiap aku membacanya.
Tapi pekerjaanku sebagai seorang editor di sebuah media cetak lokal di Batam memang membuatku tak memiliki banyak waktu bersama dua anak perempuanku di malam hari. Paling cepat aku baru sampai rumah sekitar pukul sepuluh tiap malam dan biasanya mereka berdua sudah tidur pulas.
Itu sebabnya tiap pagi dan siang hari, aku selalu berusaha menghabiskan waktuku di rumah bersama mereka, termasuk membantu mengerjakan pekerjaan rumah Naomi dari bu gurunya.
Tapi ternyata bagi Naomi, itu belum cukup. Mungkin aku masih dianggapnya tak menyisihkan cukup waktu untuk bercengkrama dengan mereka berdua.
Maafkan Mama, Nak! Kalaupun hingga hari ini Mama masih tetap bekerja, bukan karena Mama tak sayang pada kalian.
Mama dan Ayah ingin memiliki tabungan yang banyak agar kelak kamu dan adikmu bisa bersekolah setinggi mungkin tanpa terhalang sebuah "kerikil" bernama uang.
Mama ingin kamu dan adikmu bisa menggapai cita-cita dan menjadi orang berguna tanpa terhalang oleh "sesuatu" bernama biaya.
Percayalah bahwa apa yang kami lakukan saat ini adalah untuk kebaikan kalian. Tanpa perlu diungkapkan, Mama selalu menyayangi kalian berdua melebihi sayang Mama pada siapapun di dunia ini.(*)
12 March 2008
Maafkan Mama, Nak...
Posted by Rumah naomi&shaki at 4:10 AM
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
2 comments:
Subhanallah... semoga hati2 kita selalu mantap dalam meniti ridhonya, ya bu, :)
Memang, ada trade-off antara menyayangi anak dengan keinginan untuk terus berkarir dan mengumpulkan uang. Semuanya tergantung kepada pribadi masing-masing. Tidak ada pilihan yang benar atau yang salah di sini. Sekali lagi tergantung pada penilaian kita sendiri. Salam kenal.
Post a Comment